Masyarakat sudah begitu bergantung pada ojek online (ojol) untuk bepergian. Selain praktis, ojek online juga terkadang bisa lebih murah dari tarif transportasi publik. Pengguna ojol merasa bahwa para pengemudi ojol adalah jawaban atas ketidakberesan transportasi publik di Jakarta yang tidak memiliki cakupan yang luas dan tidak bisa diandalkan. Padahal, sebenarnya, ojol bukanlah solusi untuk moda transportasi yang ideal di satu kota.
Ojol bukan transportasi publik
Walau penggunaannya masif, sampai saat ini, ojol bukanlah transportasi publik. Menurut Undang-Undang no 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan, sepeda motor bukanlah angkutan umum. Alasannya sederhana. Sepeda motor tidak cukup aman untuk dijadikan transportasi jarak jauh. Pada tahun 2018 saja, 61 persen kecelakaan kendaraan bermotor di Jakarta disebabkan oleh sepeda motor.
Namun, karena sistem transportasi Jakarta belum ideal, pemerintahpun tak bisa melarang keberadaan ojol karena kebutuhan yang sedemikian besar. Lagi pula, transportasi Jakarta belum mengimplementasikan konsep transportasi multimoda. Naik transportasi umum masih terkendala dengan waktu perjalanan yang lama, kedatangan yang tidak pasti, masalah konektivitas dan rasa kurang nyaman. Tidak mengherankan jika masyarakat sudah ketergantungan menggunakan Ojol karena lebih cepat sampai di tujuan dan praktis.
Di mana ojol seharusnya berada?
Namun, sebenarnya, bukan berarti sepeda motor tidak memiliki tempat di hirarki sistem transportasi kota. Bila merujuk pada konsep transportasi trunk and feeder. Ojol bisa menjadi feedernya. Konsep ini merupakan sistem transportasi multimoda dimana trunk merupakan moda transportasi utama yang mengangkut penumpang dengan jumlah besar. Sedangkan feeder adalah moda transportasi pengumpan yang trayeknya melintasi jalur angkutan transportasi massal. Konsep trunk and feeder mengutamakan integrasi yang apik dari transportasi publik. Contoh penggunaan konsep ini adalah adanya moda transportasi massal seperti Bus Transjakarta, MRT Jakarta, dan KRL yang bertindak sebagai trunk dan bus pengumpan Transjakarta yang menjadi feeder. Sedang Ojol bisa berperan sebagai angkutan lingkungan yang membawa penumpang dari rumah halte bus penumpang atau ke stasiun.
Untuk itu, pemerintah harus segera membenahi masalah transportasi Jakarta untuk agar masyarakat kembali menggunakan transportasi umum. Adanya angkutan feeder dengan biaya terjangkau akan lebih menguntungkan bagi masyarakat dibanding penggunaan ojol. Transportasi publik yang andal juga memiliki waktu kedatangan antar angkutan yang terjadwal. Dengan begitu, jika transportasi publik sudah bagus, ketergantungan masyarakat terhadap ojol akan berkurang.