Pengertian Transit Oriented Development (TOD) dan Penerapannya di Jakarta

April 4, 2020

Konsep Transit Oriented Development (TOD) semakin ramai dibicarakan pada tahun 2019 karena berkembangnya sistem angkutan umum massal, terutama MRT, di Jakarta. Namun, belum banyak orang yang memahami Transit Oriented Development (TOD) dan hal-hal yang terkait TOD. Berikut adalah 5 hal yang perlu diketahui tentang Transit Oriented Development (TOD):

1.Pengertian Transit Oriented Development (TOD)

Transit Oriented Development (TOD) adalah konsep pembangunan daerah yang terfokus pada titik-titik transit angkutan massal, terutama yang bersinggungan dengan jaringan angkutan lain. Setidaknya ada tiga poin yang harus ada dalam pengembangan Transit Oriented Development (TOD). Ketiganya adalah integrasi antar jaringan angkutan umum massal, pengurangan penggunaan kendaraan bermotor, serta meningkatkan intensitas pemanfaatan ruang (land use).

Kawasan Transit Oriented Development (TOD) lebih mengutamakan pejalan kaki, pesepeda dan angkutan umum massal sebagai moda mobilitas utama. Dengan mengukur kemampuan dan keinginan berjalan kaki, kawasan TOD memiliki radius 350-700 meter dari pusat transit menuju pusat kegiatan lain.

Lantas, di mana sajakah pengembangan kawasan TOD di Indonesia? Sejauh ini, konsep TOD di Indonesia tengah berkembang di Jakarta dan juga beberapa kota besar lainnya.

2.Kriteria Kawasan Transit Oriented Development  (TOD)

Beberapa kriteria yang harus dipenuhi kawasan TOD adalah:

  • Kawasan TOD berada di sekitar lokasi pemberhentian angkutan umum yang dilewati angkutan umum massal seperti KRL/MRT/LRT/Busway.
  • Bangunan yang terdapat di kawasan TOD lebih tinggi dibanding kawasan lain agar kegiatan terpusat di kawasan TOD karena ada penambahan kepadatan yang signifikan.
  • Satu kawasan TOD harus bersifat multifungsi, seperti hunian, pusat perbelanjaan dan perkantoran.
  • Kawasan TOD harus memiliki fasilitas pejalan kaki dan sepeda yang baik serta konektivitas yang baik.
  • Kawasan TOD harus membatasi ketersediaan fasilitas kendaraan pribadi.

3.Manfaat Transit Oriented Development (TOD)

Secara umum, penerapan konsep TOD tentunya bermanfaat untuk menerapkan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan peningkatan kualitas hidup di sebuah kota. Berbagai manfaat TOD bagi masyarakat sebuah kota antara lain adalah:

  • Waktu perjalanan jadi singkat
  • Masyarakat lebih sehat karena banyak berjalan kaki
  • Ongkos transportasi lebih murah dengan transportasi massal
  • Berkurangnya polusi udara
  • Lebih banyak waktu untuk keluarga karena jarak tepat kegiatan berdekatan
  • Dengan waktu perjalanan yang lebih singkat, orang tidak mudah stres

4.Indikator TOD yang sukses

Di banyak negara, pengembangan TOD adalah upaya untuk mencapai transformasi kota menjadi lebih baik dan sehat bagi penduduknya. Beberapa indikator tercapainya  TOD yang sukses antara lain adalah:

  • Pembangunan yang berorientasi pejalan kaki.
  • Kawasan TOD mempunyai trotoar yang nyaman untuk pejalan kaki dan mempunyai ruang transit antar jaringan transportasi serta mempunyai muka bangunan gedung yang aktif. Konektivitas antar gedung, terutama dengan gedung stasiun atau terminal, juga baik.
  • Ruang terbuka untuk publik yang hidup.
  • Tersedia di sekitar wilayah TOD, ruang terbuka akan dijadikan titik kumpul atau titik istirahat para penumpang di sekitar daerah TOD.
  • Bangunan yang selalu hidup 24 jam.
  • Penggunaan lahan campuran (mixed-use) untuk tiap-tiap gedung yang ada di kawasan TOD sehingga tiap bangunan selalu hidup dan menimbulkan rasa nyaman untuk orang di sekitarnya.

5.Tantangan dalam membangun kawasan TOD di Jakarta

Pembangunan kawasan TOD memerlukan pendekatan yang terintegrasi untuk implementasi perencanaan dengan baik pada setiap tingkatan. Selama menyusun rencana pembangunan kawasan TOD, beberapa tantangan yang akan ditemui di antaranya:

  • Belum ada analisa masterplan kawasan, sehingga belum ada perencanaan pembangunan TOD yang komprehensif dan berkelanjutan.
  • Kawasan TOD terdiri dari beberapa area yang dimiliki oleh swasta maupun pemerintah dan belum ada peraturan tentang siapa pengelola kawasan TOD.
  • Belum ada revisi peraturan daerah tentang batasan kepadatan kawasan. Daerah TOD harus memiliki kepadatan yang lebih tinggi dengan kegiatan campuran dibanding daerah lain.
  • Belum ada insentif yang cukup bagi pemilik lahan atau bangunan untuk meningkatkan konektivitas di sekitar propertinya agar ideal untuk kawasan TOD.
  • Ukuran persil lahan di sekitar stasiun transportasi massal yang seringkali kecil membatasi fungsi dan kepadatan bangunan yang dapat dibangun.

Jakarta baru saja memulai proyek-proyek dengan konsep TOD di kawasan stasiun MRT. Penerapan konsep TOD di Jakarta yang diimplementasikan dengan benar akan membuat kota jadi lebih manusiawi dan layak hidup bagi masyarakatnya.

|

Publications

Konversi bangunan kantor menjadi hunian: komparasi mekanisme beberapa negara
Reformasi Pasar Reformasi Kota
Lahan BUMD, Alternatif yang Atasi Darurat Hunian
Bermula Dari Perizinan
Esai foto - Penyintas Jakarta
Usulan Perbaikan Perizinan Gedung di Jakarta
Glosarium
Potensi Pemenuhan Kebutuhan Hunian Kelas Menengah melalui Co-residence

Blog/opinion

Jakarta sebagai Kota Global
Solusi Kemacetan di Jakarta: Integrasi BRT, LRT, dan MRT
Cara Naik KRL ke Lebak Bulus dari Berbagai Arah di Jabodetabek
Housing Career di Jakarta: Definisi dan Faktor Penghambatnya
Memahami Pengertian serta Pro dan Kontra Skema KPR 35 Tahun
Nama Baru Halte Transjakarta 2024
Hunian Vertikal: Kelebihan Tinggal di Hunian Vertikal
Taman Kota Jakarta: Akses dan Cara Menuju ke Taman Kota Terpopuler Jakarta
Tempat Weekend di Jakarta: Menengok Kembali Survei JPI 2021
Taman untuk Piknik di Jakarta: Mengintip Wajah Baru TMII dan TIM
Bagaimana Agar Pekerja Jakarta Tinggal di Jakarta?
Memahami Perbedaan Kota Padat (Dense) dan Sumpek (Overcrowded): Jakarta Termasuk yang Mana?
Halte Transjakarta Bundaran HI: Tips Berfoto di Spot Favorit Jakarta
Mixed-Use Building: Memahami Manfaat Konsep Mixed-Use dalam Pembangunan Jakarta
Perubahan Pola Pembangunan Jakarta dari Car-Oriented Menjadi Pedestrian-Oriented City
Transportasi Publik di Jakarta dan Pengembangan Konsep Pedestrian 2023
Cara ke TMII dengan KRL Commuterline dan TransJakarta
Integrasi Transportasi Jakarta dan Keuntungannya bagi Warga
RDTR 2022 dan Aturan Penghuni Rumah Susun
Contoh Sertifikat Laik Fungsi (SLF) serta Pengertian dan Kegunaannya
Rencana Detail Tata Ruang: Mengubah Jakarta dengan Mengubah Intensitas Bangunan
Pengertian dan Fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) serta Pengadaannya di Jakarta
Mengatasi Kekurangan RTH di Jakarta dengan Konsolidasi Area Hijau Privat
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Faktor Penting untuk Mengatasi Darurat Hunian di Jakarta
Pendekatan Pasar untuk Percepat Pelaksanaan Kewajiban Pembangunan Rumah Susun
Menata Senopati, Paduan Kawasan Cagar Budaya dan Pusat Kuliner Semarak
Penyediaan Hunian di Jakarta Butuh Kebijakan Holistik
Tak Hanya Konstruksi, Kebijakan Finansial Krusial bagi Penyediaan Hunian Milik
Empat Hal yang Harus Dipertimbangkan Jakarta Soal Kebijakan Perumahan
Pembangunan Hunian Mixed-Use, Potensi Baru untuk Kota
5 Kebijakan Penyediaan Hunian di Singapura yang Bisa Menjadi Inspirasi bagi Jakarta
Kepadatan atau Overcrowding, Mana yang Harus Dihindari?
Kota Tidak Akan Mati karena COVID-19, Ini Alasannya
Pemecahan Masalah Kolaboratif untuk Mempercepat Izin Konstruksi
Kenapa Jakarta Kekurangan Taman Publik? | Frequently Asked Questions
Konsolidasi Tanah | Frequently Asked Questions
Menyelamatkan Pekerja di Industri Perhotelan yang Rentan Terkena PHK
Hunian di Jakarta - Frequently Asked Questions (Video)
Ini Enaknya Tinggal di Apartemen
Terobosan Tata Ruang Kunci Bangkitnya Ekonomi, Terpenuhinya Hunian
Mewujudkan Apartemen Bersubsidi Melalui Kolaborasi Pemerintah dan Swasta
Penangguhan PBB: Sumber Kehidupan Pekerja Ritel, Hotel, dan Restoran
Urgensi Perpanjangan Masa HGB
Interview with Noerzaman, Architect of JPO GBK (Video)
Cara Membuat Jalan Kaki di Jakarta Lebih Fun (Video)
Penyebab Hunian di Jakarta Mahal
Sektor Properti dan Dampaknya bagi Perekonomian
Pengertian Transit Oriented Development (TOD) dan Penerapannya di Jakarta
Masalah Parkir di Jakarta | Frequently Asked Questions
Apa Itu Kewajiban Pengembang? | Frequently Asked Questions
Mungkinkah Kita Tinggal di Tengah Jakarta? | Frequently Asked Questions
Mengawal Keberlanjutan MRT Jakarta
Nasib Pencegahan Penyebaran Virus COVID-19 Ada di Tangan Kita
6 Temuan Penting dari Survei Hunian bagi Milenial
Ketergantungan Ojol, Solusi atau Masalah?
Mengembangkan Bangunan Sehat di Jakarta, Selangkah demi Selangkah
Kelas Menengah yang Terlupakan
Terlalu Padat, Alasan untuk Tidak Bertindak!
Rumah Tapak Sudah Tak Ideal Lagi
Rusun di Atas Pasar, Potensi Baru untuk Kota
Jakarta yang Lebih Kompetitif (Video)
Suka Duka Tinggal Dekat dengan Tempat Kerja di Jakarta
Lahan BUMD, Alternatif yang Atasi Darurat Hunian
Dekat, Nyaman, Murah di Jakarta.... Jangan Harap!
Perangi Macet Lewat Hunian Padat (Video)
Yuk Kita Bangun Jakarta ke Atas (Video)
5 Manfaat Bertransformasi jadi Compact City
Demi Hunian Terjangkau & Ruang Hijau, Jakarta Harus Membangun ke Atas!
Ingin Sudirman-Thamrin Lebih Lancar? Mari Kita Ubah Kebijakan Parkirnya (Video)
Sudahkah Infrastruktur Transportasi Jakarta Berpihak pada Kaum Wanita?
Bisakah MRT Jakarta Lebih Unggul dari Singapura?
Mensiasati MRT Minim Subsidi
Kegiatan Usaha Dihentikan: Apa yang Dapat Dilakukan Pemerintah untuk Bantuan
Menaikkan Peringkat Kemudahan Berbisnis dengan Perbaikan RDTR
Inovasi Pengadaan Ruang Publik sebagai Bentuk Investigasi Desain
Mewujudkan Jakarta sebagai Kota Kolaboratif
9 Hal Penting Mengenai Sertifikat Laik Fungsi (SLF)
Kontribusi Swasta dalam Membangun Pedestrian Jakarta
Kendala Pengembang dalam Mengurus SLF
Sertifikat Laik Fungsi: Untuk Siapa?
Perlunya Revisi Peraturan Keselamatan Bangunan terhadap Bahaya Kebakaran
Swasta Bantu Pemprov DKI Jakarta Atasi Backlog Perumahan
Kegiatan Usaha Dihentikan: Apa yang Dapat Dilakukan Pemerintah untuk Bantuan
Konsolidasi Tanah Solusi Housing-for-All di Jakarta
Masalah Hunian pada Kelas Menengah di Jakarta serta Solusinya 
View More

News releases

Cara Mengurangi Kemacetan di Jakarta, Pemerintah Bisa Terapkan Solusinya
Manfaat, Syarat, dan Cara Mengajukan KPR Bersubsidi FLPP
Sektor Properti Bersiap Hadapi The New Normal Setelah Pandemi Covid-19
DKI Siapkan Regulasi Pemanfaatan Ruang untuk Hadapi Tantangan Pandemi Covid-19
Pulihkan Ekonomi, DKI Jakarta Percepat Perizinan Gedung Menjadi 57 Hari dari 360 Hari
RPTRA Borobudur
DKI Jakarta Visited CLC in Singapore
Diskusi JPI: Proses Perancangan dan Benturan Peraturan Jadi Kendala Utama
Centre for Liveable Cities Singapura Berikan Pelatihan untuk BPTSP DKI Jakarta
JPI Dorong Pemerintah Benahi Aturan Izin Mendirikan Bangunan
Carlo Ratti: Inovasi dan Teknologi untuk Menjawab Tantangan Perkotaan
Belum Ada Inovasi Perizinan, DKI Jakarta Turun ke Peringkat Empat Kemudahan Berbisnis di Indonesia
JPI Inisiasi Lari "Ciliwung Punya Kita"
JPI Bantu Fasilitasi Penyusunan Rapergub Prasarana Minimal Jakarta Demi Jakarta yang Berkelanjutan
Jakarta Vertikal, Jakarta Terjangkau
Skema Pembangunan yang Berpihak pada Warga
Mewujudkan Hunian Terjangkau di Tengah Kota
Kombinasi Kantor dan Rumah, Pilihan Tempat Bekerja Setelah Pandemi
Minatkah Milenial Terhadap Hunian Vertikal?
Kerja Sama: Kunci Keselamatan Transportasi Publik di Masa New Normal
Masalah Hunian pada Kelas Menengah di Jakarta Serta Solusinya
Rusunawa: Melihat Lebih Dekat Opsi Rumah Layak Huni Terjangkau di Jakarta
MRT Jakarta Kembangkan Kawasan TOD, Berikut Lokasinya
Masa Berlaku Hak Guna Bangunan (HGB) Serta Cara dan Syarat Perpanjangannya
Izin Mendirikan Bangunan (IMB): Memahami Pengertian, Syarat, dan Manfaat IMB
JPI Gandeng Asosiasi Profesi Susun Policy brief Penataan Kota
Kondisi Terkini Penyediaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta
Potensi Penyediaan Hunian di Jakarta Melalui Co-residence
View More
Copyright © Jakarta Property Institute