Kontribusi Swasta dalam Membangun Pedestrian Jakarta

Januari 4, 2019

Dilansir dari berita The New York Times, Indonesia dinobatkan sebagai negara termalas dalam berjalan kaki berdasar hasil penelitian Stanford University. Menurut studi, alasan penduduk malas jalan kaki berkaitan erat dengan buruknya trotoar. Ini bisa dibuktikan di kota-kota lain dengan fasilitas trotoar lebih layak seperti New York dan San Fransisco, hasil penelitian menunjukkan warganya lebih rajin berjalan kaki ketimbang menggunakan kendaraan bermotor.

Penelitian tersebut sebenarnya sangat relevan jika melihat Jakarta saat ini. Trotoar di sepanjang Jalan Sudirman misalnya, masih tidak ramah dan perlu pelebaran. Belum lagi penyalahgunaan jalur pedestrian oleh pengendara bermotor atau penjaja kaki lima, dan tentunya soal konektivitas antar gedung yang terbatas.

Kondisi tersebut jelas berdampak dan memperparah tingkat kemacetan di kawasan niaga. Ratusan atau bahkan ribuan pekerja yang sebenarnya bisa lalu lalang dengan jalan kaki untuk tujuan dengan jarak tempuh dekat, akhirnya memilih menggunakan kendaraan bermotor. Ini bisa dilihat ketika jam-jam sibuk di Sudirman, Thamrin, dan lainnya.

Kehadiran MRT yang diharapkan menjadi solusi kemacetan, di sisi lain membawa dampak kepadatan arus penumpang yang harus diantisipasi. Dengan asumsi 60% penumpang bekerja di kawasan CBD, diperkirakan akan terdapat 900 orang hilir mudik stasiun tiap 5-10 menit. Stasiun MRT Lebak Bulus, Bundaran HI, serta 11 stasiun lainnya, diperkirakan akan mengangkut 160.000 hingga 190.000 penumpang setiap harinya. Tanpa jalur pedestrian yang mumpuni, banjirnya penumpang justru akan menjadi sumber kemacetan di masa datang.

Di saat pemerintah masih menyusun rencana untuk menjawab tantangan ini, para pengelola gedung di kawasan niaga Sudirman justru selangkah lebih maju pada kontribusinya terhadap Jakarta. Para pengembang berinisiatif untuk membangun akses pejalan kaki yang terkoneksi dengan beberapa gedung dengan menggagas proyek Segitiga Platinum, yang meliputi area Jl Sudirman, Jl KH Mas Mansyur, dan Jl Penjaringan 1 (lihat gambar).

Proyek yang merupakan kontribusi swasta ini rencananya juga akan terhubung dengan stasiun MRT Bendungan Hilir, Setiabudi, dan Dukuh Atas. Termasuk untuk halte TransJakarta Dukuh Atas 1 dan 2, Setiabudi, dan stasiun Kereta Bandara.

Sebagai bukti komitmen keseriusan kontribusi dari swasta, para pengembang tak hanya mengundang para pakar untuk mendesain tapi juga bersedia menyerahkan lahannya untuk jalur pejalan kaki di daerah tersebut.

Kontribusi ini diharapkan bisa membantu pemerintah menyediakan pedestrian dan konektivitas kawasan TOD (Transit Oriented Development) Dukuh Atas, yang termasuk dalam program Tata Ruang Jakarta. Saat ini, ada beberapa penyedia jasa transportasi yang masing-masing sudah memiliki rencana mengenai TOD, mulai dari LRT, MRT, TransJakarta, Rail Link, dan KAI. Namun, rencananya masih berdiri masing-masing dan belum terpadu satu sama lain.

Apalagi, proyek ini didesain oleh para profesional yang mengutamakan keharmonisan lingkungan. Sehingga, tidak akan menggusur lahan warga, malah berpotensi meningkatkan kesejahteraan dengan adanya lahan untuk berjualan dengan nyaman. Juga, akan terbuka akses interaksi bagi seluruh kalangan masyarakat. Sehingga, komunitas sekitar pun diuntungkan.

Desain kawasan ini sudah dipresentasikan di hadapan Gubernur Terpilih DKI Jakarta 2017, Anies Baswedan. Namun, sampai sekarang kami masih menungggu rencana pengembangan di area terkait dari Pemerintahan DKI Jakarta yang baru untuk bisa merealisasikan proyek ini.

Segitiga Platinum adalah pilot project pembangunan fasilitas publik dari para pengembang yang ingin berkontribusi membangun Jakarta yang lebih baik. Proyek ini pun menyatu dengan peremajaan Kampung Karet yang berada di sekitar area Segitiga Platinum. Jika proyek berhasil, bukan tidak mungkin kontribusi serupa akan bermunculan dan memudahkan pemerintah dalam membangun fasilitas publik lainnya.

Apabila pemerintah lamban dalam merespon gagasan ini, maka akan sulit bagi pihak swasta untuk memberikan kontribusinya pada Jakarta dan mengeksekusi proyek ini. Padahal, ada urgensi seiring dengan mega proyek MRT yang dijadwalkan beroperasi di awal tahun 2019. Diskusi dengan pikiran terbuka dan berlandaskan kepentingan bersama harus dilakukan agar jalur pedestrian bisa segera digunakan masyarakat.

|

Publications

Konversi bangunan kantor menjadi hunian: komparasi mekanisme beberapa negara
Reformasi Pasar Reformasi Kota
Lahan BUMD, Alternatif yang Atasi Darurat Hunian
Bermula Dari Perizinan
Esai foto - Penyintas Jakarta
Usulan Perbaikan Perizinan Gedung di Jakarta
Glosarium
Potensi Pemenuhan Kebutuhan Hunian Kelas Menengah melalui Co-residence

Blog/opinion

Jakarta sebagai Kota Global
Solusi Kemacetan di Jakarta: Integrasi BRT, LRT, dan MRT
Cara Naik KRL ke Lebak Bulus dari Berbagai Arah di Jabodetabek
Housing Career di Jakarta: Definisi dan Faktor Penghambatnya
Memahami Pengertian serta Pro dan Kontra Skema KPR 35 Tahun
Nama Baru Halte Transjakarta 2024
Hunian Vertikal: Kelebihan Tinggal di Hunian Vertikal
Taman Kota Jakarta: Akses dan Cara Menuju ke Taman Kota Terpopuler Jakarta
Tempat Weekend di Jakarta: Menengok Kembali Survei JPI 2021
Taman untuk Piknik di Jakarta: Mengintip Wajah Baru TMII dan TIM
Bagaimana Agar Pekerja Jakarta Tinggal di Jakarta?
Memahami Perbedaan Kota Padat (Dense) dan Sumpek (Overcrowded): Jakarta Termasuk yang Mana?
Halte Transjakarta Bundaran HI: Tips Berfoto di Spot Favorit Jakarta
Mixed-Use Building: Memahami Manfaat Konsep Mixed-Use dalam Pembangunan Jakarta
Perubahan Pola Pembangunan Jakarta dari Car-Oriented Menjadi Pedestrian-Oriented City
Transportasi Publik di Jakarta dan Pengembangan Konsep Pedestrian 2023
Cara ke TMII dengan KRL Commuterline dan TransJakarta
Integrasi Transportasi Jakarta dan Keuntungannya bagi Warga
RDTR 2022 dan Aturan Penghuni Rumah Susun
Contoh Sertifikat Laik Fungsi (SLF) serta Pengertian dan Kegunaannya
Rencana Detail Tata Ruang: Mengubah Jakarta dengan Mengubah Intensitas Bangunan
Pengertian dan Fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) serta Pengadaannya di Jakarta
Mengatasi Kekurangan RTH di Jakarta dengan Konsolidasi Area Hijau Privat
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Faktor Penting untuk Mengatasi Darurat Hunian di Jakarta
Pendekatan Pasar untuk Percepat Pelaksanaan Kewajiban Pembangunan Rumah Susun
Menata Senopati, Paduan Kawasan Cagar Budaya dan Pusat Kuliner Semarak
Penyediaan Hunian di Jakarta Butuh Kebijakan Holistik
Tak Hanya Konstruksi, Kebijakan Finansial Krusial bagi Penyediaan Hunian Milik
Empat Hal yang Harus Dipertimbangkan Jakarta Soal Kebijakan Perumahan
Pembangunan Hunian Mixed-Use, Potensi Baru untuk Kota
5 Kebijakan Penyediaan Hunian di Singapura yang Bisa Menjadi Inspirasi bagi Jakarta
Kepadatan atau Overcrowding, Mana yang Harus Dihindari?
Kota Tidak Akan Mati karena COVID-19, Ini Alasannya
Pemecahan Masalah Kolaboratif untuk Mempercepat Izin Konstruksi
Kenapa Jakarta Kekurangan Taman Publik? | Frequently Asked Questions
Konsolidasi Tanah | Frequently Asked Questions
Menyelamatkan Pekerja di Industri Perhotelan yang Rentan Terkena PHK
Hunian di Jakarta - Frequently Asked Questions (Video)
Ini Enaknya Tinggal di Apartemen
Terobosan Tata Ruang Kunci Bangkitnya Ekonomi, Terpenuhinya Hunian
Mewujudkan Apartemen Bersubsidi Melalui Kolaborasi Pemerintah dan Swasta
Penangguhan PBB: Sumber Kehidupan Pekerja Ritel, Hotel, dan Restoran
Urgensi Perpanjangan Masa HGB
Interview with Noerzaman, Architect of JPO GBK (Video)
Cara Membuat Jalan Kaki di Jakarta Lebih Fun (Video)
Penyebab Hunian di Jakarta Mahal
Sektor Properti dan Dampaknya bagi Perekonomian
Pengertian Transit Oriented Development (TOD) dan Penerapannya di Jakarta
Masalah Parkir di Jakarta | Frequently Asked Questions
Apa Itu Kewajiban Pengembang? | Frequently Asked Questions
Mungkinkah Kita Tinggal di Tengah Jakarta? | Frequently Asked Questions
Mengawal Keberlanjutan MRT Jakarta
Nasib Pencegahan Penyebaran Virus COVID-19 Ada di Tangan Kita
6 Temuan Penting dari Survei Hunian bagi Milenial
Ketergantungan Ojol, Solusi atau Masalah?
Mengembangkan Bangunan Sehat di Jakarta, Selangkah demi Selangkah
Kelas Menengah yang Terlupakan
Terlalu Padat, Alasan untuk Tidak Bertindak!
Rumah Tapak Sudah Tak Ideal Lagi
Rusun di Atas Pasar, Potensi Baru untuk Kota
Jakarta yang Lebih Kompetitif (Video)
Suka Duka Tinggal Dekat dengan Tempat Kerja di Jakarta
Lahan BUMD, Alternatif yang Atasi Darurat Hunian
Dekat, Nyaman, Murah di Jakarta.... Jangan Harap!
Perangi Macet Lewat Hunian Padat (Video)
Yuk Kita Bangun Jakarta ke Atas (Video)
5 Manfaat Bertransformasi jadi Compact City
Demi Hunian Terjangkau & Ruang Hijau, Jakarta Harus Membangun ke Atas!
Ingin Sudirman-Thamrin Lebih Lancar? Mari Kita Ubah Kebijakan Parkirnya (Video)
Sudahkah Infrastruktur Transportasi Jakarta Berpihak pada Kaum Wanita?
Bisakah MRT Jakarta Lebih Unggul dari Singapura?
Mensiasati MRT Minim Subsidi
Kegiatan Usaha Dihentikan: Apa yang Dapat Dilakukan Pemerintah untuk Bantuan
Menaikkan Peringkat Kemudahan Berbisnis dengan Perbaikan RDTR
Inovasi Pengadaan Ruang Publik sebagai Bentuk Investigasi Desain
Mewujudkan Jakarta sebagai Kota Kolaboratif
9 Hal Penting Mengenai Sertifikat Laik Fungsi (SLF)
Kontribusi Swasta dalam Membangun Pedestrian Jakarta
Kendala Pengembang dalam Mengurus SLF
Sertifikat Laik Fungsi: Untuk Siapa?
Perlunya Revisi Peraturan Keselamatan Bangunan terhadap Bahaya Kebakaran
Swasta Bantu Pemprov DKI Jakarta Atasi Backlog Perumahan
Kegiatan Usaha Dihentikan: Apa yang Dapat Dilakukan Pemerintah untuk Bantuan
Konsolidasi Tanah Solusi Housing-for-All di Jakarta
Masalah Hunian pada Kelas Menengah di Jakarta serta Solusinya 
Apa itu SHM (rumah milik)
Apa itu SHM: Pengertian, Kelebihan dan Kekurangan Rumah Milik
Beli atau Sewa Rumah: Kelebihan dan Kekurangan Rumah Sewa
Beli atau Sewa Rumah: Kelebihan dan Kekurangan Rumah Sewa
View More

News releases

Minatkah Milenial Terhadap Hunian Vertikal?
DKI Siapkan Regulasi Pemanfaatan Ruang untuk Hadapi Tantangan Pandemi Covid-19
Cara Mengurangi Kemacetan di Jakarta, Pemerintah Bisa Terapkan Solusinya
Manfaat, Syarat, dan Cara Mengajukan KPR Bersubsidi FLPP
Sektor Properti Bersiap Hadapi The New Normal Setelah Pandemi Covid-19
Pulihkan Ekonomi, DKI Jakarta Percepat Perizinan Gedung Menjadi 57 Hari dari 360 Hari
RPTRA Borobudur
DKI Jakarta Visited CLC in Singapore
Diskusi JPI: Proses Perancangan dan Benturan Peraturan Jadi Kendala Utama
Centre for Liveable Cities Singapura Berikan Pelatihan untuk BPTSP DKI Jakarta
JPI Dorong Pemerintah Benahi Aturan Izin Mendirikan Bangunan
Carlo Ratti: Inovasi dan Teknologi untuk Menjawab Tantangan Perkotaan
Belum Ada Inovasi Perizinan, DKI Jakarta Turun ke Peringkat Empat Kemudahan Berbisnis di Indonesia
JPI Inisiasi Lari "Ciliwung Punya Kita"
JPI Bantu Fasilitasi Penyusunan Rapergub Prasarana Minimal Jakarta Demi Jakarta yang Berkelanjutan
Jakarta Vertikal, Jakarta Terjangkau
Skema Pembangunan yang Berpihak pada Warga
Mewujudkan Hunian Terjangkau di Tengah Kota
Kombinasi Kantor dan Rumah, Pilihan Tempat Bekerja Setelah Pandemi
Kerja Sama: Kunci Keselamatan Transportasi Publik di Masa New Normal
Masalah Hunian pada Kelas Menengah di Jakarta Serta Solusinya
Rusunawa: Melihat Lebih Dekat Opsi Rumah Layak Huni Terjangkau di Jakarta
MRT Jakarta Kembangkan Kawasan TOD, Berikut Lokasinya
Masa Berlaku Hak Guna Bangunan (HGB) Serta Cara dan Syarat Perpanjangannya
Izin Mendirikan Bangunan (IMB): Memahami Pengertian, Syarat, dan Manfaat IMB
JPI Gandeng Asosiasi Profesi Susun Policy brief Penataan Kota
Kondisi Terkini Penyediaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta
Potensi Penyediaan Hunian di Jakarta Melalui Co-residence
View More
Copyright © Jakarta Property Institute