Bisakah MRT Jakarta Lebih Unggul dari Singapura?

April 29, 2019

MRT Jakarta mulai beroperasi komersial per 1 April 2019. Moda transportasi massal ini merupakan sebuah lompatan signifikan dari sisi teknologi dan perkembangan angkutan publik perkotaan, menandakan Jakarta yang siap bertransformasi menjadi kota megapolitan yang lebih modern.

Bukan hal yang mudah membangun infrastruktur transportasi di tengah ibukota yang tak berhenti beraktivitas, ini sebuah upaya pemerintah yang patut diapresiasi oleh kita semua. Perjalanan panjang MRT yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 24 Maret 2019, dimulai hampir lebih dari 30 tahun lalu.

Tepatnya mulai pada 1985, di mana gagasan membangun MRT pertama kali dicetuskan oleh BJ Habibie untuk antisipasi mengurangi kemacetan. Ide Habibie ini kemudian ditindaklanjuti oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Surjadi Soedirja, dengan merilis desain dasar MRT Jakarta. Sayang, ide ini sempat terbengkalai belasan tahun hingga akhirnya dilakukan studi kelayakan MRT pada tahun 2000 dan PT Mass Rapid Transit Jakarta berdiri pada 2008, hingga akhirnya mulai masuk fase pembangunan fisik pada 2013.

Cerita sukses perjalanan panjang MRT tentunya diharapkan tak berhenti sepanjang Lebak Bulus-Thamrin saja. Bersamaan dengan peresmian Maret lalu, Presiden Jokowi juga meresmikan mulainya pembangunan tahap II yang masih melanjutkan rute Selatan Utara. Dari Bunderan HI, rute MRT dipepanjang 7 stasiun sampai ke Kota, Jakarta Utara.

Secara jangka panjang, Presiden Jokowi menyebut target MRT bisa terbentang sepanjang 231 km hingga 10 tahun mendatang. Membelah Jakarta dari Selatan ke Utara, dan Barat ke Timur. Rencana ini diperkirakan membutuhkan biaya hingga Rp 571 triliun, dan diharapkan bisa mengangkut hingga jutaan penumpang setiap harinya.

Lepas dari rencana besar tersebut, sewaktu masa ujicoba berlangsung dan menjajalnya, sebenarnya MRT Jakarta bisa dibilang sama canggihnya dengan Singapura. Mulai dari sisi teknologi, sistem operasi otomatis, dan keandalan jadwal. Dari sistem komunikasi misalnya, Direktur Utama MRT William Sabandar mengatakan Jakarta menggunakan CBTC atau Communication Based Train Control, sistem komunikasi yang diklaim tercanggih di dunia. Intinya dengan teknologi ini sistem MRT Jakarta bisa dikendalikan otomatis dan selalu terdeteksi secara akurat. Membuat kereta bisa beroperasi cepat, efisien, dan nyaman.

Belum lagi dari sisi sumber daya manusia, dari pemberitaan media berkali-kali direksi MRT menyebut diseleksi secara ketat untuk para masinis dan staf MRT. Para masinis ini kemudian juga dikirim latihan ke Singapura dan Jepang untuk mempelajari teknologi hingga budaya bekerjanya. Malah, untuk jarak tempuh jalan kaki dari pintu masuk stasiun hingga tempat menunggu kereta, Jakarta lebih nyaman karena tidak sejauh jarak tempuh stasiun-stasiun yang ada di negeri singa. Dengan sederet keunggulan ini, MRT Jakarta bisa sama hebat atau bahkan lebih ketimbang Singapura.

Belajar dari Singapura

Tetapi, segala kelebihan di atas masih tetap harus memperhatikan sektor pendukung lainnya agar tak sia-sia. Dari sisi sarana misalnya, masih terdapat beberapa yang perlu diperbaiki untuk kenyamanan penumpang. Seperti penyediaan tempat sampah terbatas, tanda dan arah jalan yang kurang jelas di stasiun, sampai anak tangga yang tinggi dan eskalator yang belum beroperasi maksimal. Bukan cuma itu, edukasi penumpang untuk antre, buang sampah, dan budaya lainnya yang bisa memelihara keberlangsungan MRT juga masih perlu ditingkatkan.

Dalam hal ini ada baiknya jika kita belajar dari Singapura yang telah mengoperasikan MRT sejak 1987. Di awal mengoperasikan, negeri ini juga memiliki banyak tantangan. Namun perlahan bisa diperbaiki, dan Indonesia pasti juga bisa. Misal, Singapura memberlakukan sistem denda tinggi bagi yang membuang sampah sembarangan. Dengan begitu, masyarakat pun mulai membiasakan diri untuk menjaga MRT. Selain sisi sarana yang disebutkan, terdapat juga sisi prasarana yang bisa ditiru dari Singapura.

Pada 2017, lembaga konsultan asal London, Credo, menyebut Singapura memiliki sistem transportasi paling efektif sedunia. Mampu mengangkut hingga 3 juta penumpang setiap harinya, studi menyebut salah satu kunci suksesnya adalah sistem transportasi yang terintegrasi di penjuru kota dan terkoneksi dengan gedung-gedung. Konektivitas dan integrasi memang tak bisa diabaikan untuk mengoptimalkan operasional MRT. Terutama dengan ide membentangkan MRT sepanjang 231 kilometer, kemudahan menuju stasiun MRT bagi warga dan koneksi ke gedung-gedung harus seiring sejalan.

Soal integrasi, MRT bekerjasama dengan TransJakarta merupakan langkah yang patut diapresiasi. Tinggal bagaimana warga diberi fasilitas atau halte yang nyaman sembari menunggu feeder untuk menyambung ke MRT. Misal dari halte TransJakarta bendungan menuju stasiun MRT pengguna bisa difasilitasi trotoar dan kanopi agar terhindar dari situasi cuaca yang serba tak pasti. Terutama untuk jalan-jalan di luar jalan utama Thamrin-Sudirman. Untuk masuk fase II, fasilitas ini bisa mulai diperhatikan pemerintah.

Sementara untuk konektivitas, kolaborasi antara PT MRTJ, pemerintah dan sektor swasta atau pengembang harus ditekankan. Saat ini, regulasi terkait konektivitas masih belum rinci. Kerjasama ketiganya sangat penting dalam pembuatan dan implementasi regulasi yang menguntungkan semua pihak demi peningkatan jumlah penumpang MRT. Saat ini pembicaraan kedua belah pihak masih berlangsung intens untuk mewujudkan MRT yang terintegritas dan terkoneksi, harapannya akan ada hasil dalam waktu dekat yang bisa menguntungkan semua pihak.

Keberadaan MRT sebenarnya memiliki dampak positif untuk gedung sekitar, terutama yang memiliki pusat pembelanjaan. Sebab, penumpang MRT bisa menambah tingkat kunjungan ke gedung mereka dan menjadi potensi yang sangat baik untuk mendorong pertumbuhan bisnis. Terutama bisnis ritel.

Begitu pula dari sisi pemerintah, dengan terkoneksi ke gedung sekitar tentunya bisa memancing para pekerja untuk ramai-ramai hijrah ke angkutan publik. Sebab, lebih praktis-cepat-dan nyaman bagi mereka.

Pembangunan masih berjalan, koneksi yang terintegritas bukanlah mimpi yang sulit diwujudkan. Kedua pihak tentunya sudah memiliki niatan untuk membuat moda transportasi ini lebih terpadu. Seperti namanya, moda raya terpadu. Untuk itu, diskusi harus terus dilanjutkan karena pengembangan infrastruktur transportasi bukan cuma tanggung jawab pemerintah. Tapi kita semua, demi Jakarta yang lebih maju dan berbudaya.

Jika semua sarana dan prasarana tersebut dilengkapi dan ditingkatkan oleh pemerintah. Buat saya, bukan tidak mungkin MRT Jakarta akan lebih unggul dibanding Singapura.

|

Publications

Konversi bangunan kantor menjadi hunian: komparasi mekanisme beberapa negara
Reformasi Pasar Reformasi Kota
Lahan BUMD, Alternatif yang Atasi Darurat Hunian
Bermula Dari Perizinan
Esai foto - Penyintas Jakarta
Usulan Perbaikan Perizinan Gedung di Jakarta
Glosarium
Potensi Pemenuhan Kebutuhan Hunian Kelas Menengah melalui Co-residence

Blog/opinion

Jakarta sebagai Kota Global
Solusi Kemacetan di Jakarta: Integrasi BRT, LRT, dan MRT
Cara Naik KRL ke Lebak Bulus dari Berbagai Arah di Jabodetabek
Housing Career di Jakarta: Definisi dan Faktor Penghambatnya
Memahami Pengertian serta Pro dan Kontra Skema KPR 35 Tahun
Nama Baru Halte Transjakarta 2024
Hunian Vertikal: Kelebihan Tinggal di Hunian Vertikal
Taman Kota Jakarta: Akses dan Cara Menuju ke Taman Kota Terpopuler Jakarta
Tempat Weekend di Jakarta: Menengok Kembali Survei JPI 2021
Taman untuk Piknik di Jakarta: Mengintip Wajah Baru TMII dan TIM
Bagaimana Agar Pekerja Jakarta Tinggal di Jakarta?
Memahami Perbedaan Kota Padat (Dense) dan Sumpek (Overcrowded): Jakarta Termasuk yang Mana?
Halte Transjakarta Bundaran HI: Tips Berfoto di Spot Favorit Jakarta
Mixed-Use Building: Memahami Manfaat Konsep Mixed-Use dalam Pembangunan Jakarta
Perubahan Pola Pembangunan Jakarta dari Car-Oriented Menjadi Pedestrian-Oriented City
Transportasi Publik di Jakarta dan Pengembangan Konsep Pedestrian 2023
Cara ke TMII dengan KRL Commuterline dan TransJakarta
Integrasi Transportasi Jakarta dan Keuntungannya bagi Warga
RDTR 2022 dan Aturan Penghuni Rumah Susun
Contoh Sertifikat Laik Fungsi (SLF) serta Pengertian dan Kegunaannya
Rencana Detail Tata Ruang: Mengubah Jakarta dengan Mengubah Intensitas Bangunan
Pengertian dan Fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) serta Pengadaannya di Jakarta
Mengatasi Kekurangan RTH di Jakarta dengan Konsolidasi Area Hijau Privat
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Faktor Penting untuk Mengatasi Darurat Hunian di Jakarta
Pendekatan Pasar untuk Percepat Pelaksanaan Kewajiban Pembangunan Rumah Susun
Menata Senopati, Paduan Kawasan Cagar Budaya dan Pusat Kuliner Semarak
Penyediaan Hunian di Jakarta Butuh Kebijakan Holistik
Tak Hanya Konstruksi, Kebijakan Finansial Krusial bagi Penyediaan Hunian Milik
Empat Hal yang Harus Dipertimbangkan Jakarta Soal Kebijakan Perumahan
Pembangunan Hunian Mixed-Use, Potensi Baru untuk Kota
5 Kebijakan Penyediaan Hunian di Singapura yang Bisa Menjadi Inspirasi bagi Jakarta
Kepadatan atau Overcrowding, Mana yang Harus Dihindari?
Kota Tidak Akan Mati karena COVID-19, Ini Alasannya
Pemecahan Masalah Kolaboratif untuk Mempercepat Izin Konstruksi
Kenapa Jakarta Kekurangan Taman Publik? | Frequently Asked Questions
Konsolidasi Tanah | Frequently Asked Questions
Menyelamatkan Pekerja di Industri Perhotelan yang Rentan Terkena PHK
Hunian di Jakarta - Frequently Asked Questions (Video)
Ini Enaknya Tinggal di Apartemen
Terobosan Tata Ruang Kunci Bangkitnya Ekonomi, Terpenuhinya Hunian
Mewujudkan Apartemen Bersubsidi Melalui Kolaborasi Pemerintah dan Swasta
Penangguhan PBB: Sumber Kehidupan Pekerja Ritel, Hotel, dan Restoran
Urgensi Perpanjangan Masa HGB
Wawancara dengan Noerzaman, Arsitek JPO GBK (Video)
Cara Membuat Jalan Kaki di Jakarta Lebih Fun (Video)
Penyebab Hunian di Jakarta Mahal
Sektor Properti dan Dampaknya bagi Perekonomian
Pengertian Transit Oriented Development (TOD) dan Penerapannya di Jakarta
Masalah Parkir di Jakarta | Frequently Asked Questions
Apa Itu Kewajiban Pengembang? | Frequently Asked Questions
Mungkinkah Kita Tinggal di Tengah Jakarta? | Frequently Asked Questions
Mengawal Keberlanjutan MRT Jakarta
Nasib Pencegahan Penyebaran Virus COVID-19 Ada di Tangan Kita
6 Temuan Penting dari Survei Hunian bagi Milenial
Ketergantungan Ojol, Solusi atau Masalah?
Mengembangkan Bangunan Sehat di Jakarta, Selangkah demi Selangkah
Kelas Menengah yang Terlupakan
Terlalu Padat, Alasan untuk Tidak Bertindak!
Rumah Tapak Sudah Tak Ideal Lagi
Rusun di Atas Pasar, Potensi Baru untuk Kota
Jakarta yang Lebih Kompetitif (Video)
Suka Duka Tinggal Dekat dengan Tempat Kerja di Jakarta
Lahan BUMD, Alternatif yang Atasi Darurat Hunian
Dekat, Nyaman, Murah di Jakarta.... Jangan Harap!
Perangi Macet Lewat Hunian Padat (Video)
Yuk Kita Bangun Jakarta ke Atas (Video)
5 Manfaat Bertransformasi jadi Compact City
Demi Hunian Terjangkau & Ruang Hijau, Jakarta Harus Membangun ke Atas!
Ingin Sudirman-Thamrin Lebih Lancar? Mari Kita Ubah Kebijakan Parkirnya (Video)
Sudahkah Infrastruktur Transportasi Jakarta Berpihak pada Kaum Wanita?
Bisakah MRT Jakarta Lebih Unggul dari Singapura?
Mensiasati MRT Minim Subsidi
Kegiatan Usaha Dihentikan: Apa yang Dapat Dilakukan Pemerintah untuk Bantuan
Menaikkan Peringkat Kemudahan Berbisnis dengan Perbaikan RDTR
Inovasi Pengadaan Ruang Publik sebagai Bentuk Investigasi Desain
Mewujudkan Jakarta sebagai Kota Kolaboratif
9 Hal Penting Mengenai Sertifikat Laik Fungsi (SLF)
Kontribusi Swasta dalam Membangun Pedestrian Jakarta
Kendala Pengembang dalam Mengurus SLF
Sertifikat Laik Fungsi: Untuk Siapa?
Perlunya Revisi Peraturan Keselamatan Bangunan terhadap Bahaya Kebakaran
Swasta Bantu Pemprov DKI Jakarta Atasi Backlog Perumahan
Kegiatan Usaha Dihentikan: Apa yang Dapat Dilakukan Pemerintah untuk Bantuan
Program 100 Hari Gubernur Jakarta Terpilih: Wisata Edukasi Jakarta
Program 100 Hari Gubernur Jakarta Terpilih: Wisata Edukasi Jakarta
Konsolidasi Tanah Solusi Housing-for-All di Jakarta
Masalah Hunian pada Kelas Menengah di Jakarta serta Solusinya 
Apa itu SHM (rumah milik)
Apa itu SHM: Pengertian, Kelebihan dan Kekurangan Rumah Milik
Beli atau Sewa Rumah: Kelebihan dan Kekurangan Rumah Sewa
Beli atau Sewa Rumah: Ini Kelebihan dan Kekurangan Rumah Sewa
Jakarta sebagai Kota Konser
Jakarta sebagai Kota Konser: Definisi dan Faktor Penghambat Jakarta Menjadi Concert City
View More

News releases

Cara Mengurangi Kemacetan di Jakarta, Pemerintah Bisa Terapkan Solusinya
DKI Jakarta mengunjungi CLC di Singapura
RPTRA Borobudur
Minatkah Milenial Terhadap Hunian Vertikal?
DKI Siapkan Regulasi Pemanfaatan Ruang untuk Hadapi Tantangan Pandemi Covid-19
Manfaat, Syarat, dan Cara Mengajukan KPR Bersubsidi FLPP
Sektor Properti Bersiap Hadapi The New Normal Setelah Pandemi Covid-19
Pulihkan Ekonomi, DKI Jakarta Percepat Perizinan Gedung Menjadi 57 Hari dari 360 Hari
Diskusi JPI: Proses Perancangan dan Benturan Peraturan Jadi Kendala Utama
Centre for Liveable Cities Singapura Berikan Pelatihan untuk BPTSP DKI Jakarta
JPI Dorong Pemerintah Benahi Aturan Izin Mendirikan Bangunan
Carlo Ratti: Inovasi dan Teknologi untuk Menjawab Tantangan Perkotaan
Belum Ada Inovasi Perizinan, DKI Jakarta Turun ke Peringkat Empat Kemudahan Berbisnis di Indonesia
JPI Inisiasi Lari "Ciliwung Punya Kita"
JPI Bantu Fasilitasi Penyusunan Rapergub Prasarana Minimal Jakarta Demi Jakarta yang Berkelanjutan
Jakarta Vertikal, Jakarta Terjangkau
Skema Pembangunan yang Berpihak pada Warga
Mewujudkan Hunian Terjangkau di Tengah Kota
Kombinasi Kantor dan Rumah, Pilihan Tempat Bekerja Setelah Pandemi
Kerja Sama: Kunci Keselamatan Transportasi Publik di Masa New Normal
Masalah Hunian pada Kelas Menengah di Jakarta Serta Solusinya
Rusunawa: Melihat Lebih Dekat Opsi Rumah Layak Huni Terjangkau di Jakarta
MRT Jakarta Kembangkan Kawasan TOD, Berikut Lokasinya
Masa Berlaku Hak Guna Bangunan (HGB) Serta Cara dan Syarat Perpanjangannya
Izin Mendirikan Bangunan (IMB): Memahami Pengertian, Syarat, dan Manfaat IMB
JPI Gandeng Asosiasi Profesi Susun Policy brief Penataan Kota
Kondisi Terkini Penyediaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta
Potensi Penyediaan Hunian di Jakarta Melalui Co-residence
View More
Copyright © Jakarta Property Institute