Jakarta, 26 Juli 2017 – Professor Carlo Ratti sebagai pakar dan pengajar untuk Department of Urban Studies and Planning dari Massachussets Institute of Technology (MIT) menyampaikan paparannya tentang SENSEable City dalam seminar dan workshop Jakarta Property Institute, Rabu 26 Juli 2017.
SENSEable City adalah studi yang meneliti perkembangan teknologi digital dan implikasinya terhadap kehidupan perkotaan dan bagaimana memanfaatkan teknologi untuk mewujudkan kota yang lebih baik.
Menurut Ratti, perkembangan teknologi saat ini bisa terlihat dengan perubahan pola beberapa aspek kehidupan perkotaan; aspek mobilitas penduduk, budaya perkantoran, sektor retail, dan pengalaman urban.
Untuk aspek mobilitas, teknologi digital mampu mengurangi penggunaan kendara bermotor sekaligus kemacetan dengan pemanfaatan data dan penghitungan yang tepat. Hasil studi kerjasama Ratti dan Uber di New York, Amerika Serikat, membuktikan moda ride sharing dalam aplikasi ini sangat digemari warga New York. Alhasil, analisis data pun menunjukkan pemotongan waktu tempuh kumulatif hingga 40% tanpa perlu penambahan infrastruktur.
Teknologi Digital juga mengubah budaya berkantor. “Dengan perkembangan sekarang, kantor bukan lagi tempat bekerja, tapi lebih ke tempat berinteraksi, karena bekerja bisa dari mana saja,” kata Ratti. Begitupun dengan retail, supermarket di Amerika Serikat mulai banyak yang tutup karena tren belanja online. Ke depan, industri retail bisa lebih berkembang dengan memadukan teknologi dan interaksi fisik di supermarket, sehingga pusat belanja kembali menjadi tempat warga bersosialisasi.
Implikasi terhadap urban experience juga signifikan. Teknologi bisa dimanfaatkan untuk meneliti hal ini, tetapi secanggih apapun teknologi memprediksi kebiasaan manusia tetap masih bisa dikejutkan dengan kenyataan di luar dugaan. Carlo Ratti menekankan para pelaku usaha dan pemangku kepentingan kota untuk mengubah paradigma dan berinovasi dengan memanfaatkan teknologi.
Wakil Gubernur terpilih 2017 Sandiaga Uno juga menambahkan pentingnya peran data digital dalam mengambil kebijakan. Ia bercerita selama 18 bulan sebelum kampanye, Ia dan timnya berkutat dengan data-data seputar warga Jakarta. Dari sana diketahui bahwa ada 3 masalah besar yang menjadi perhatian utama di Jakarta; pekerjaan, pendidikan, dan biaya hidup.
Untuk biaya hidup, salah satu yang menjadi perhatian adalah ongkos transportasi di Jakarta yang dinilai masih tinggi. Oleh sebab itu, Ia berharap sektor swasta bisa bekerjasama dengan pemerintah mencari solusi atas permasalahan tersebut.
Ia juga mengaku terkejut dengan hasil studi Stanford yang menyatakan Indonesia sedikit berjalan kaki, dan salah satu penyebabnya adalah karena kurangnya jalur pedestrian yang layak dan tersedia, termasuk di Jakarta. “Kami berharap JPI bisa bekerjasama untuk membuat kota lebih SENSEable dan walkable, jadi we look forward untuk working with you,” kata Sandi.