Rusun di Atas Pasar, Potensi Baru untuk Kota

November 27, 2019

Angka backlog atau selisih kekurangan hunian di Jakarta masih saja terjadi. Persentase kepemilikan hunian rumah tangga di DKI Jakarta[1]. telah naik dari 45,19% di tahun 2010 menjadi 51,09% di tahun 2015. Meski persentase ini naik, rata-rata penambahan hunian terbangun yang hanya 14.768 unit per tahun masih menyisakan selisih kekurangan sebesar 1.276.424 unit pada pendataan terakhir tahun 2015.

Masalah kekurangan hunian di Jakarta ini adalah isu yang genting untuk ditangani. Sebab jika terus dibiarkan, kepadatan penduduk yang tak didukung oleh ketersediaan tempat tinggal dapat mengancam kesejahteraan warga kota.

Salah satu solusinya adalah penerapan konsep mixed-use yang telah diterapkan di pasar rumput. Konsep mixed-use adalah penggunaan lahan campuran dalam satu gedung. Potensi ini sangat besar karena Pemprov DKI Jakarta memiliki banyak pasar yang dikelola oleh Perumda Pasar Jaya.

Dampak Backlog Hunian yang Hantui Jakarta

Kekurangan hunian di Jakarta berimbas setidaknya pada sektor ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan lingkungan. Daerah hunian yang terjangkau seharusnya terhubung dengan baik dengan kebutuhan penghuninya, misalnya ke tempat kerja. Lantaran tidak terjangkau, masyarakat menjadi tinggal menjauhi ibu kota. Akibatnya, waktu tempuh dan jarak perjalanan yang dibutuhkan untuk menuju dan dari tempat kerja menjadi semakin lama dan jauh. Yang tentunya juga berdampak signifikan terhadap masalah polusi udara Jakarta. Ketersediaan transportasi publik yang nyaman dari tempat tinggal ke tempat kerja bisa berpengaruh untuk mengurangi kemacetan jalan serta tingkat polusi udara di Jakarta.

Sulitnya akses terhadap hunian yang terjangkau di Jakarta juga mencerminkan sulitnya akses terhadap fasilitas pendidikan dan pekerjaan yang layak dengan merata. Imbasnya, mobilitas sosial-ekonomi ke atas pun sulit digerakkan. Padahal, studi National Housing Conference 2 menyatakan keterjangkauan hunian berhubungan dengan prestasi pendidikan[2]. Studi itu menyebut perolehan prestasi pendidikan yang tinggi kebanyakan diraih oleh anak dari keluarga yang tidak menghabiskan terlalu banyak atau terlalu sedikit pendapatan untuk urusan rumah. Ini artinya hunian yang tersedia haruslah terjangkau.

Dampak lain dari harga hunian yang tidak terjangkau yakni munculnya permukiman kumuh di Jakarta. Kawasan permukiman kumuh yang tersebar di Jakarta ini tercipta karena masyarakat ingin bertahan dan mencari nafkah. Di area ini pula, kualitas keamanan dan sanitasi biasanya kerap terabaikan. Lalu, timbul risiko masalah pernapasan, kardiovaskuler, serta penyebaran penyakit menular lainnya.

Untuk mengatasi masalah di atas, pemerintah diharapkan dapat menerapkan konsep compact city dengan memajukan vertical growth dengan meningkatkan jumlah rusun di Jakarta, terutama dengan menerapkan konsep bangunan mixed-use seperti yang ditemui pada Rusun Pasar Rumput.

Kolaborasi Pemerintah dan Swasta

Melalui Kepgub No. 540 Tahun 1990 dan Kepgub No. 640 Tahun 1992, pemerintah mewajibkan pengembang swasta untuk membangun dan membiayai rumah susun murah (RSM) tiap pengajuan pembebasan lahan setidaknya seluas 5.000 m2 . Kewajiban ini menjadi salah satu dari sekian persyaratan yang harus dipenuhi pengembang untuk memperoleh Izin Prinsip Pemanfaatan Ruang (IPPR). Untuk memenuhi kewajiban ini, pengembang perlu mencari lahan yang sesuai dengan persyaratan pembangunan rumah susun murah (RSM). Sayangnya, pemenuhan kewajiban ini masih dirasa sulit. Sebab, pengadaan lahan untuk mewujudkannya bukanlah perkara mudah. Yang sudah terwujud pun, biasanya lahan yang diperoleh untuk pembangunan rumah susun murah berada jauh dari pusat kegiatan kota, misalnya daerah Marunda.

Demi mewujudkan pengembangan wilayah kota yang harmonis dan mengatasi masalah permukiman kumuh di Jakarta, ada baiknya bila pemerintah sebagai pemegang kekuasaan turut andil lebih jauh dalam proses pembangunan rumah susun murah. Sementara pembangunan dilaksanakan oleh pengembang sesuai kewajibannya, pemerintah bisa saja berperan dalam penyediaan lahan. Misalnya, dengan memanfaatkan lahan menganggur milik Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di mana dapat diterapkan konsep bangunan mixed-use serupa dengan Rumah Susun Pasar Rumput. Kolaborasi seperti ini akan mempercepat pelaksanaan kewajiban pengembang dan pengadaan hunian di Jakarta yang kian dibutuhkan.

Menilik Lahan Berpotensi

Lahan potensial untuk hunian terjangkau di sini dimaksudkan sebagai lahan yang memiliki daya tarik keramaian publik, seperti misalnya terminal, stasiun, dan pasar. Harapannya, pembangunan rusun murah di titik-titik keramaian ini bisa membentuk wilayah penggunaan campuran (mixed-use area) untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi penggunaan lahan yang optimal.

Pasar sebagai salah satu lahan potensial patut kita perhatikan denyut kehidupannya. Saat ini, banyak pasar yang bukannya berkembang malah mengalami kemunduran. Harus diakui, pasar memang tak lagi jadi tujuan yang mengundang untuk berbelanja, terutama bagi kalangan muda. Di Pasar Johar Baru, Jakarta Pusat misalnya, kegiatan jual beli hanya ramai di pagi hari di lantai bawah pasar yang merupakan area penjual sayuran, daging, dan bahan makanan lainnya. Sementara, lantai atasnya begitu sepi dan hanya diisi beberapa toko seperti toko emas, toko perlengkapan sekolah, dan toko mainan anak. Lesunya aktivitas pasar ini perlu disiasati dengan perubahan baik dari sisi desain maupun manajemennya.

Sebutlah contoh lain, Pasar Senen milik PD Pasar Jaya di bilangan Jakarta Pusat. Dengan massa bangunan yang vertikal, bukan tidak mungkin jika bagian bawah bangunan difungsikan sebagai pasar dan bagian atasnya dikembangkan sebagai rusun murah di Jakarta Pusat. Dengan demikian, diharapkan fungsi pasar bisa didukung oleh kehadiran para penghuni rumah susun dan hunian pun bisa dihidupi oleh keberadaan pasar.

Selain itu, Pasar Senen terletak di persimpangan lima jalan dan berada dekat dengan pertemuan setidaknya dua mode transportasi, yaitu kereta api dan Transjakarta. Dengan menambah fungsi hunian berupa rumah susun di Pasar Senen, fasilitas transportasi yang berada di sekitar lokasi ini bisa mendukung konsep transit oriented development (TOD) yang kini sedang gencar digarap. Pengembangan wilayah dengan konsep transit oriented development ini nantinya akan memudahkan keterhubungan transportasi dari daerah satu ke daerah lainnya.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ide pengembangan Pasar Senen ini kurang lebih sudah terwujud di Rusun Pasar Rumput, Jakarta Selatan. Kawasan Pasar Rumput yang tadinya hanya berfungsi sebagai pasar, kini ditambah dengan hunian vertikal di atas bangunannya, yang menawarkan rusun murah bagi warga, di salah satu lokasi strategis di Jakarta. Rusun Pasar Rumput juga sudah terintegrasi dengan halte Transjakarta Pasar Rumput. Tak hanya itu, dalam radius sekitar satu kilometer dari Rusun Pasar Rumput terdapat Stasiun Manggarai.

Rusun Pasar Rumput dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Bayangkan saja jika konsep serupa diterapkan di banyak lahan BUMD lainnya dengan pembangunan yang dilakukan oleh pengembang. Tentu backlog akan dengan cepat berkurang dan pengembang pun akan lebih mudah untuk menunaikan kewajibannya.

Darurat Pengembangan Wilayah yang Merata

Contoh di atas baru menjelaskan secara garis besar situasi di sekitar Pasar Senen dan Pasar Rumput. Tentunya masih ada lokasi lainnya yang bisa dianggap sebagai lahan berpotensi untuk diolah sebagai lokasi pembangunan rumah susun murah (RSM). Tak cukup hanya ditentukan, lahan-lahan yang potensial di seluruh penjuru Jakarta harus mendapat perhatian yang sama besarnya untuk dibangun dengan sebaik-baiknya guna meningkatkan ketersediaan rumah susun murah di Jakarta.Untuk itu, harus ada bentuk kerja sama yang proporsional di antara tiap pemangku kepentingan.

Pemerintah sebagai pembuat peraturan dan pemegang kekuasaan harus mampu dan tegas menentukan arah dengan mewujudkan bangunan mixed-use yang menawarkan hunian dengan harga terjangkau, seperti halnya di Rusun Pasar Rumput.

Sementara, pengembang harus kooperatif dan aktif dalam mewujudkannya. Perlahan-lahan, Jakarta yang terbangun dengan adil, ramah, dan menyeluruh bisa jadi nyata, dimulai dari pemenuhan kebutuhan hunian warganya.

|

Publications

Konversi bangunan kantor menjadi hunian: komparasi mekanisme beberapa negara
Reformasi Pasar Reformasi Kota
Lahan BUMD, Alternatif yang Atasi Darurat Hunian
Bermula Dari Perizinan
Esai foto - Penyintas Jakarta
Usulan Perbaikan Perizinan Gedung di Jakarta
Glosarium
Potensi Pemenuhan Kebutuhan Hunian Kelas Menengah melalui Co-residence

Blog/opinion

Jakarta sebagai Kota Global
Solusi Kemacetan di Jakarta: Integrasi BRT, LRT, dan MRT
Cara Naik KRL ke Lebak Bulus dari Berbagai Arah di Jabodetabek
Housing Career di Jakarta: Definisi dan Faktor Penghambatnya
Memahami Pengertian serta Pro dan Kontra Skema KPR 35 Tahun
Nama Baru Halte Transjakarta 2024
Hunian Vertikal: Kelebihan Tinggal di Hunian Vertikal
Taman Kota Jakarta: Akses dan Cara Menuju ke Taman Kota Terpopuler Jakarta
Tempat Weekend di Jakarta: Menengok Kembali Survei JPI 2021
Taman untuk Piknik di Jakarta: Mengintip Wajah Baru TMII dan TIM
Bagaimana Agar Pekerja Jakarta Tinggal di Jakarta?
Memahami Perbedaan Kota Padat (Dense) dan Sumpek (Overcrowded): Jakarta Termasuk yang Mana?
Halte Transjakarta Bundaran HI: Tips Berfoto di Spot Favorit Jakarta
Mixed-Use Building: Memahami Manfaat Konsep Mixed-Use dalam Pembangunan Jakarta
Perubahan Pola Pembangunan Jakarta dari Car-Oriented Menjadi Pedestrian-Oriented City
Transportasi Publik di Jakarta dan Pengembangan Konsep Pedestrian 2023
Cara ke TMII dengan KRL Commuterline dan TransJakarta
Integrasi Transportasi Jakarta dan Keuntungannya bagi Warga
RDTR 2022 dan Aturan Penghuni Rumah Susun
Contoh Sertifikat Laik Fungsi (SLF) serta Pengertian dan Kegunaannya
Rencana Detail Tata Ruang: Mengubah Jakarta dengan Mengubah Intensitas Bangunan
Pengertian dan Fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) serta Pengadaannya di Jakarta
Mengatasi Kekurangan RTH di Jakarta dengan Konsolidasi Area Hijau Privat
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Faktor Penting untuk Mengatasi Darurat Hunian di Jakarta
Pendekatan Pasar untuk Percepat Pelaksanaan Kewajiban Pembangunan Rumah Susun
Menata Senopati, Paduan Kawasan Cagar Budaya dan Pusat Kuliner Semarak
Penyediaan Hunian di Jakarta Butuh Kebijakan Holistik
Tak Hanya Konstruksi, Kebijakan Finansial Krusial bagi Penyediaan Hunian Milik
Empat Hal yang Harus Dipertimbangkan Jakarta Soal Kebijakan Perumahan
Pembangunan Hunian Mixed-Use, Potensi Baru untuk Kota
5 Kebijakan Penyediaan Hunian di Singapura yang Bisa Menjadi Inspirasi bagi Jakarta
Kepadatan atau Overcrowding, Mana yang Harus Dihindari?
Kota Tidak Akan Mati karena COVID-19, Ini Alasannya
Pemecahan Masalah Kolaboratif untuk Mempercepat Izin Konstruksi
Kenapa Jakarta Kekurangan Taman Publik? | Frequently Asked Questions
Konsolidasi Tanah | Frequently Asked Questions
Menyelamatkan Pekerja di Industri Perhotelan yang Rentan Terkena PHK
Hunian di Jakarta - Frequently Asked Questions (Video)
Ini Enaknya Tinggal di Apartemen
Terobosan Tata Ruang Kunci Bangkitnya Ekonomi, Terpenuhinya Hunian
Mewujudkan Apartemen Bersubsidi Melalui Kolaborasi Pemerintah dan Swasta
Penangguhan PBB: Sumber Kehidupan Pekerja Ritel, Hotel, dan Restoran
Urgensi Perpanjangan Masa HGB
Interview with Noerzaman, Architect of JPO GBK (Video)
Cara Membuat Jalan Kaki di Jakarta Lebih Fun (Video)
Penyebab Hunian di Jakarta Mahal
Sektor Properti dan Dampaknya bagi Perekonomian
Pengertian Transit Oriented Development (TOD) dan Penerapannya di Jakarta
Masalah Parkir di Jakarta | Frequently Asked Questions
Apa Itu Kewajiban Pengembang? | Frequently Asked Questions
Mungkinkah Kita Tinggal di Tengah Jakarta? | Frequently Asked Questions
Mengawal Keberlanjutan MRT Jakarta
Nasib Pencegahan Penyebaran Virus COVID-19 Ada di Tangan Kita
6 Temuan Penting dari Survei Hunian bagi Milenial
Ketergantungan Ojol, Solusi atau Masalah?
Mengembangkan Bangunan Sehat di Jakarta, Selangkah demi Selangkah
Kelas Menengah yang Terlupakan
Terlalu Padat, Alasan untuk Tidak Bertindak!
Rumah Tapak Sudah Tak Ideal Lagi
Rusun di Atas Pasar, Potensi Baru untuk Kota
Jakarta yang Lebih Kompetitif (Video)
Suka Duka Tinggal Dekat dengan Tempat Kerja di Jakarta
Lahan BUMD, Alternatif yang Atasi Darurat Hunian
Dekat, Nyaman, Murah di Jakarta.... Jangan Harap!
Perangi Macet Lewat Hunian Padat (Video)
Yuk Kita Bangun Jakarta ke Atas (Video)
5 Manfaat Bertransformasi jadi Compact City
Demi Hunian Terjangkau & Ruang Hijau, Jakarta Harus Membangun ke Atas!
Ingin Sudirman-Thamrin Lebih Lancar? Mari Kita Ubah Kebijakan Parkirnya (Video)
Sudahkah Infrastruktur Transportasi Jakarta Berpihak pada Kaum Wanita?
Bisakah MRT Jakarta Lebih Unggul dari Singapura?
Mensiasati MRT Minim Subsidi
Kegiatan Usaha Dihentikan: Apa yang Dapat Dilakukan Pemerintah untuk Bantuan
Menaikkan Peringkat Kemudahan Berbisnis dengan Perbaikan RDTR
Inovasi Pengadaan Ruang Publik sebagai Bentuk Investigasi Desain
Mewujudkan Jakarta sebagai Kota Kolaboratif
9 Hal Penting Mengenai Sertifikat Laik Fungsi (SLF)
Kontribusi Swasta dalam Membangun Pedestrian Jakarta
Kendala Pengembang dalam Mengurus SLF
Sertifikat Laik Fungsi: Untuk Siapa?
Perlunya Revisi Peraturan Keselamatan Bangunan terhadap Bahaya Kebakaran
Swasta Bantu Pemprov DKI Jakarta Atasi Backlog Perumahan
Kegiatan Usaha Dihentikan: Apa yang Dapat Dilakukan Pemerintah untuk Bantuan
Konsolidasi Tanah Solusi Housing-for-All di Jakarta
Masalah Hunian pada Kelas Menengah di Jakarta serta Solusinya 
View More

News releases

Cara Mengurangi Kemacetan di Jakarta, Pemerintah Bisa Terapkan Solusinya
Manfaat, Syarat, dan Cara Mengajukan KPR Bersubsidi FLPP
Sektor Properti Bersiap Hadapi The New Normal Setelah Pandemi Covid-19
DKI Siapkan Regulasi Pemanfaatan Ruang untuk Hadapi Tantangan Pandemi Covid-19
Pulihkan Ekonomi, DKI Jakarta Percepat Perizinan Gedung Menjadi 57 Hari dari 360 Hari
RPTRA Borobudur
DKI Jakarta Visited CLC in Singapore
Diskusi JPI: Proses Perancangan dan Benturan Peraturan Jadi Kendala Utama
Centre for Liveable Cities Singapura Berikan Pelatihan untuk BPTSP DKI Jakarta
JPI Dorong Pemerintah Benahi Aturan Izin Mendirikan Bangunan
Carlo Ratti: Inovasi dan Teknologi untuk Menjawab Tantangan Perkotaan
Belum Ada Inovasi Perizinan, DKI Jakarta Turun ke Peringkat Empat Kemudahan Berbisnis di Indonesia
JPI Inisiasi Lari "Ciliwung Punya Kita"
JPI Bantu Fasilitasi Penyusunan Rapergub Prasarana Minimal Jakarta Demi Jakarta yang Berkelanjutan
Jakarta Vertikal, Jakarta Terjangkau
Skema Pembangunan yang Berpihak pada Warga
Mewujudkan Hunian Terjangkau di Tengah Kota
Kombinasi Kantor dan Rumah, Pilihan Tempat Bekerja Setelah Pandemi
Minatkah Milenial Terhadap Hunian Vertikal?
Kerja Sama: Kunci Keselamatan Transportasi Publik di Masa New Normal
Masalah Hunian pada Kelas Menengah di Jakarta Serta Solusinya
Rusunawa: Melihat Lebih Dekat Opsi Rumah Layak Huni Terjangkau di Jakarta
MRT Jakarta Kembangkan Kawasan TOD, Berikut Lokasinya
Masa Berlaku Hak Guna Bangunan (HGB) Serta Cara dan Syarat Perpanjangannya
Izin Mendirikan Bangunan (IMB): Memahami Pengertian, Syarat, dan Manfaat IMB
JPI Gandeng Asosiasi Profesi Susun Policy brief Penataan Kota
Kondisi Terkini Penyediaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta
Potensi Penyediaan Hunian di Jakarta Melalui Co-residence
View More
Copyright © Jakarta Property Institute