Penyediaan Hunian di Jakarta Butuh Kebijakan Holistik

September 16, 2021

Opinion – published in CNBC Indonesia

Penyediaan rumah layak huni dan terjangkau adalah permasalahan di Indonesia. Berbagai program yang digulirkan pemerintah tak signifikan untuk mengurangi backlog (selisih angka kebutuhan dengan ketersediaan rumah). Rumah tetap dibangun, tapi jumlah backlog tetap meningkat. Hari Perumahan Nasional 2021 yang jatuh pada 25 Agustus adalah momentum baik  bagi para pemangku kepentingan urusan perumahan merumuskan kebijakan holistik yang mencakup semua rantai penyediaan perumahan.

Di Jakarta, misalnya, jika fokusnya mengurangi backlog tanpa kebijakan yang holistik, maka tak akan ada perubahan yang berarti dalam jangka menengah-panjang. Di Jakarta, pengembangan properti di lahan lebih dari 5.000 meter persegi diwajibkan untuk juga membangun rumah susun murah seluas 20 persen dari area komersil. Eksekusi pemenuhan kewajiban ini seringkali melalui proses yang rumit dan berbelit.

Ironisnya, per awal Agustus ini, sekitar 26 ribu unit rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Pemerintah DKI Jakarta statusnya kosong. Rumah susun Pasar Rumput di Jakarta Selatan yang baru selesai pada September 2019 dibangun juga belum dihuni. 

Suplai rumah susun DP nol di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, malah sulit terserap. Data hunian yang diberikan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PRKP) DKI Jakarta per 5 Maret 2021, realisasi Rumah DP nol Rupiah yang sudah terjual baru mencapai 681 unit. Jumlah itu tak sampai 1 persen dari target hunian sebanyak 232.214 hunian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) DKI Jakarta 2017-2022.

Jika masalah yang sama terjadi di banyak kota di Indonesia, angka backlog yang sering muncul di media massa itu malah menjadi tak relevan. Sebab, terus membangun rumah bukan solusi mengurangi backlog hunian jika tanpa diikuti dengan kebijakan yang menjamin suplai hunian yang ada saat ini terserap. Pemenuhan kewajiban pembangunan rumah susun murah hanya berupa pembangunan konstruksi. Pemerintah yang bertugas memastikan unit rumah susunnya terserap.

Mengurangi backlog dilakukan dengan, langkah pertama, membuat lebih banyak masyarakat layak mendapat fasilitas pinjaman perbankan. Kebijakan keuangan dan skema pinjaman kredit perumahan yang memungkinkan masyarakat mengaksesnya berupa suku bunga kredit yang rendah, nilai minimal uang muka yang diturunkan, dan tenor pinjaman yang memanjang. Langkah ini juga dibarengi dengan menyediakan jenis hunian yang beragam agar bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kesanggupan calon pembeli. Singapura sudah lebih dulu menerapkan kedua cara tersebut.

Aspek kebijakan terkait pembiayaan perumahan sebenarnya sudah ada dari tingkat nasional dan daerah. Namun, hasil dan dampaknya belum mampu mengatasi masalah backlog perumahan. Sebab, membangun rumah dan proses konstruksinya bisa dilakukan dengan waktu yang singkat. Pembangunan itu akan sia-sia jika suplai rumahnya tetap tak terjangkau masyarakat.

Langkah kedua, menjamin keberlangsungan penghunian wajib dipikirkan pemerintah bahkan sejak konstruksi didirikan. Di rusunawa, masalah tunggakan sewa menjadi topik berita di media massa. Pada Hari Perumahan Nasional ini, sudah selayaknya para pemangku kepentingan memperluas definisi penyediaan hunian bagi masyarakat hingga proses penyerapan oleh pasar dan pengelolaan berkelanjutan—dan bukan lagi sekadar membangun.

Sosialisasi masif mengenai hak dan kewajiban yang harus dipatuhi para penghuni, pemilik, dan penyewa. Contohnya, membayar iuran pengelolaan rutin agar tak ada tunggakan dan menjaga semua fasilitas di area bersama. Pengelolaan profesional juga menjadi syarat mutlak yang harus ada terlepas dari apapun jenis rumah susunnya. Pengelolaan yang buruk menyebabkan kerusakan dan kesia-siaan.

Tak cuma itu, langkah ketiga adalah pemerintah juga harus menjamin ketersediaan lahan untuk dibangun hunian bagi masyarakat kelas menengah dan rendah. Ini bisa dimulai dengan memanfaatkan aset pemerintah tidak optimal seperti pasar. Pasar di bagian bawah dan hunian di bagian atasnya. Terlebih, lokasi pasar milik pemerintah hampir semuanya strategis. Sedangkan rusunawa saat ini lokasinya sangat jauh dari pusat kota. Lagi-lagi, sekadar membangun konstruksi hunian bukan solusi kurangi backlog.

Sebab, harga lahan yang sudah telanjur selangit menyebabkan harga hunian kian mahal. Pemerintah yang menjamin ketersediaan lahan berarti mengikat harga yang akan dibayar calon pembeli dan membuatnya menjadi terjangkau. Sedangkan konstruksinya bisa didanai dan dikerjakan oleh developer swasta dari kewajiban mereka. Dengan catatan, dua langkah teratas—kebijakan holistik hingga memastikan suplai rumah terserap—juga wajib dilakukan demi mewujudkan hunian yang terjangkau bagi banyak masyarakat.

|

Publications

Konversi bangunan kantor menjadi hunian: komparasi mekanisme beberapa negara
Reformasi Pasar Reformasi Kota
Lahan BUMD, Alternatif yang Atasi Darurat Hunian
Bermula Dari Perizinan
Esai foto - Penyintas Jakarta
Usulan Perbaikan Perizinan Gedung di Jakarta
Glosarium
Potensi Pemenuhan Kebutuhan Hunian Kelas Menengah melalui Co-residence

Blog/opinion

Jakarta sebagai Kota Global
Solusi Kemacetan di Jakarta: Integrasi BRT, LRT, dan MRT
Cara Naik KRL ke Lebak Bulus dari Berbagai Arah di Jabodetabek
Housing Career di Jakarta: Definisi dan Faktor Penghambatnya
Memahami Pengertian serta Pro dan Kontra Skema KPR 35 Tahun
Nama Baru Halte Transjakarta 2024
Hunian Vertikal: Kelebihan Tinggal di Hunian Vertikal
Taman Kota Jakarta: Akses dan Cara Menuju ke Taman Kota Terpopuler Jakarta
Tempat Weekend di Jakarta: Menengok Kembali Survei JPI 2021
Taman untuk Piknik di Jakarta: Mengintip Wajah Baru TMII dan TIM
Bagaimana Agar Pekerja Jakarta Tinggal di Jakarta?
Memahami Perbedaan Kota Padat (Dense) dan Sumpek (Overcrowded): Jakarta Termasuk yang Mana?
Halte Transjakarta Bundaran HI: Tips Berfoto di Spot Favorit Jakarta
Mixed-Use Building: Memahami Manfaat Konsep Mixed-Use dalam Pembangunan Jakarta
Perubahan Pola Pembangunan Jakarta dari Car-Oriented Menjadi Pedestrian-Oriented City
Transportasi Publik di Jakarta dan Pengembangan Konsep Pedestrian 2023
Cara ke TMII dengan KRL Commuterline dan TransJakarta
Integrasi Transportasi Jakarta dan Keuntungannya bagi Warga
RDTR 2022 dan Aturan Penghuni Rumah Susun
Contoh Sertifikat Laik Fungsi (SLF) serta Pengertian dan Kegunaannya
Rencana Detail Tata Ruang: Mengubah Jakarta dengan Mengubah Intensitas Bangunan
Pengertian dan Fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) serta Pengadaannya di Jakarta
Mengatasi Kekurangan RTH di Jakarta dengan Konsolidasi Area Hijau Privat
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Faktor Penting untuk Mengatasi Darurat Hunian di Jakarta
Pendekatan Pasar untuk Percepat Pelaksanaan Kewajiban Pembangunan Rumah Susun
Menata Senopati, Paduan Kawasan Cagar Budaya dan Pusat Kuliner Semarak
Penyediaan Hunian di Jakarta Butuh Kebijakan Holistik
Tak Hanya Konstruksi, Kebijakan Finansial Krusial bagi Penyediaan Hunian Milik
Empat Hal yang Harus Dipertimbangkan Jakarta Soal Kebijakan Perumahan
Pembangunan Hunian Mixed-Use, Potensi Baru untuk Kota
5 Kebijakan Penyediaan Hunian di Singapura yang Bisa Menjadi Inspirasi bagi Jakarta
Kepadatan atau Overcrowding, Mana yang Harus Dihindari?
Kota Tidak Akan Mati karena COVID-19, Ini Alasannya
Pemecahan Masalah Kolaboratif untuk Mempercepat Izin Konstruksi
Kenapa Jakarta Kekurangan Taman Publik? | Frequently Asked Questions
Konsolidasi Tanah | Frequently Asked Questions
Menyelamatkan Pekerja di Industri Perhotelan yang Rentan Terkena PHK
Hunian di Jakarta - Frequently Asked Questions (Video)
Ini Enaknya Tinggal di Apartemen
Terobosan Tata Ruang Kunci Bangkitnya Ekonomi, Terpenuhinya Hunian
Mewujudkan Apartemen Bersubsidi Melalui Kolaborasi Pemerintah dan Swasta
Penangguhan PBB: Sumber Kehidupan Pekerja Ritel, Hotel, dan Restoran
Urgensi Perpanjangan Masa HGB
Interview with Noerzaman, Architect of JPO GBK (Video)
Cara Membuat Jalan Kaki di Jakarta Lebih Fun (Video)
Penyebab Hunian di Jakarta Mahal
Sektor Properti dan Dampaknya bagi Perekonomian
Pengertian Transit Oriented Development (TOD) dan Penerapannya di Jakarta
Masalah Parkir di Jakarta | Frequently Asked Questions
Apa Itu Kewajiban Pengembang? | Frequently Asked Questions
Mungkinkah Kita Tinggal di Tengah Jakarta? | Frequently Asked Questions
Mengawal Keberlanjutan MRT Jakarta
Nasib Pencegahan Penyebaran Virus COVID-19 Ada di Tangan Kita
6 Temuan Penting dari Survei Hunian bagi Milenial
Ketergantungan Ojol, Solusi atau Masalah?
Mengembangkan Bangunan Sehat di Jakarta, Selangkah demi Selangkah
Kelas Menengah yang Terlupakan
Terlalu Padat, Alasan untuk Tidak Bertindak!
Rumah Tapak Sudah Tak Ideal Lagi
Rusun di Atas Pasar, Potensi Baru untuk Kota
Jakarta yang Lebih Kompetitif (Video)
Suka Duka Tinggal Dekat dengan Tempat Kerja di Jakarta
Lahan BUMD, Alternatif yang Atasi Darurat Hunian
Dekat, Nyaman, Murah di Jakarta.... Jangan Harap!
Perangi Macet Lewat Hunian Padat (Video)
Yuk Kita Bangun Jakarta ke Atas (Video)
5 Manfaat Bertransformasi jadi Compact City
Demi Hunian Terjangkau & Ruang Hijau, Jakarta Harus Membangun ke Atas!
Ingin Sudirman-Thamrin Lebih Lancar? Mari Kita Ubah Kebijakan Parkirnya (Video)
Sudahkah Infrastruktur Transportasi Jakarta Berpihak pada Kaum Wanita?
Bisakah MRT Jakarta Lebih Unggul dari Singapura?
Mensiasati MRT Minim Subsidi
Kegiatan Usaha Dihentikan: Apa yang Dapat Dilakukan Pemerintah untuk Bantuan
Menaikkan Peringkat Kemudahan Berbisnis dengan Perbaikan RDTR
Inovasi Pengadaan Ruang Publik sebagai Bentuk Investigasi Desain
Mewujudkan Jakarta sebagai Kota Kolaboratif
9 Hal Penting Mengenai Sertifikat Laik Fungsi (SLF)
Kontribusi Swasta dalam Membangun Pedestrian Jakarta
Kendala Pengembang dalam Mengurus SLF
Sertifikat Laik Fungsi: Untuk Siapa?
Perlunya Revisi Peraturan Keselamatan Bangunan terhadap Bahaya Kebakaran
Swasta Bantu Pemprov DKI Jakarta Atasi Backlog Perumahan
Kegiatan Usaha Dihentikan: Apa yang Dapat Dilakukan Pemerintah untuk Bantuan
Konsolidasi Tanah Solusi Housing-for-All di Jakarta
Masalah Hunian pada Kelas Menengah di Jakarta serta Solusinya 
Apa itu SHM (rumah milik)
Apa itu SHM: Pengertian, Kelebihan dan Kekurangan Rumah Milik
Beli atau Sewa Rumah: Kelebihan dan Kekurangan Rumah Sewa
Beli atau Sewa Rumah: Kelebihan dan Kekurangan Rumah Sewa
View More

News releases

Minatkah Milenial Terhadap Hunian Vertikal?
DKI Siapkan Regulasi Pemanfaatan Ruang untuk Hadapi Tantangan Pandemi Covid-19
Cara Mengurangi Kemacetan di Jakarta, Pemerintah Bisa Terapkan Solusinya
Manfaat, Syarat, dan Cara Mengajukan KPR Bersubsidi FLPP
Sektor Properti Bersiap Hadapi The New Normal Setelah Pandemi Covid-19
Pulihkan Ekonomi, DKI Jakarta Percepat Perizinan Gedung Menjadi 57 Hari dari 360 Hari
RPTRA Borobudur
DKI Jakarta Visited CLC in Singapore
Diskusi JPI: Proses Perancangan dan Benturan Peraturan Jadi Kendala Utama
Centre for Liveable Cities Singapura Berikan Pelatihan untuk BPTSP DKI Jakarta
JPI Dorong Pemerintah Benahi Aturan Izin Mendirikan Bangunan
Carlo Ratti: Inovasi dan Teknologi untuk Menjawab Tantangan Perkotaan
Belum Ada Inovasi Perizinan, DKI Jakarta Turun ke Peringkat Empat Kemudahan Berbisnis di Indonesia
JPI Inisiasi Lari "Ciliwung Punya Kita"
JPI Bantu Fasilitasi Penyusunan Rapergub Prasarana Minimal Jakarta Demi Jakarta yang Berkelanjutan
Jakarta Vertikal, Jakarta Terjangkau
Skema Pembangunan yang Berpihak pada Warga
Mewujudkan Hunian Terjangkau di Tengah Kota
Kombinasi Kantor dan Rumah, Pilihan Tempat Bekerja Setelah Pandemi
Kerja Sama: Kunci Keselamatan Transportasi Publik di Masa New Normal
Masalah Hunian pada Kelas Menengah di Jakarta Serta Solusinya
Rusunawa: Melihat Lebih Dekat Opsi Rumah Layak Huni Terjangkau di Jakarta
MRT Jakarta Kembangkan Kawasan TOD, Berikut Lokasinya
Masa Berlaku Hak Guna Bangunan (HGB) Serta Cara dan Syarat Perpanjangannya
Izin Mendirikan Bangunan (IMB): Memahami Pengertian, Syarat, dan Manfaat IMB
JPI Gandeng Asosiasi Profesi Susun Policy brief Penataan Kota
Kondisi Terkini Penyediaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta
Potensi Penyediaan Hunian di Jakarta Melalui Co-residence
View More
Copyright © Jakarta Property Institute