Tingkat kemacetan Jakarta
Kemacetan di Jakarta merupakan salah satu tantangan terbesar hidup di ibu kota. Kemacetan Jakarta merupakan masalah yang harus segera dibenahi oleh pemerintah.
Berdasarkan data dari TomTom Traffic Index, pada tahun 2018 kemacetan Jakarta berada di peringkat ke-7 kota termacet di dunia. Peringkat buruk ini pun sudah merupakan kemajuan dari tahun sebelumnya, di mana kemacetan Jakarta menempati peringkat ke-4 di dunia.
Berita baiknya, dari tahun 2017 hingga 2021, tingkat kemacetan di Jakarta terus menurun. Hal ini dapat dilihat pada TomTom Traffic Index periode tersebut. Pada tahun 2021, tingkat kemacetan Jakarta berhasil turun menjadi 34%. Indeksnya pun turun ke peringkat 46 dari 404 kota yang tersebar di 58 negara.
Penurunan tingkat kemacetan Jakarta memang patut untuk diakui. Namum, kemacetan Jakarta masih tetap merupakan masalah yang berdampak besar terhadap kualitas hidup warga ibu kota.
Kemacetan Jakarta membuat stress warganya
Kondisi kemacetan Jakarta memiliki dampak langsung terhadap tingkat stres warganya. Dilansir dari The Least and Most Stressful Cities Index 2021 oleh VAAY, Jakarta menempati urutan ke-9 kota dengan tingkat stres tertinggi dari 100 kota.
Sebelumnya pun, pada berbagai laporan dengan tema serupa, Jakarta sudah sering dinobatkan di peringkat atas sebagai kota dengan tingkat stres yang tinggi. Kemacetan Jakarta berkontribusi signifikan terhadap tingkat stres hidup di Jakarta.
Solusi untuk mengurangi kemacetan Jakarta
Masalah transportasi dan kemacetan di Jakarta tidak dapat dipisahkan. Solusi untuk masalah transportasi dan kemacetan Jakarta adalah membangun Jakarta secara vertikal di tengah kota, agar tersedia lebih banyak hunian.
Meningkatkan ketersediaan hunian di lokasi strategis dapat mengurangi jarak tempuh masyarakat sehingga mengurangi kemacetan. Tentu, hunian yang dimaksud adalah hunian dengan harga terjangkau oleh kelas menengah dan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Mengurangi kemacetan Jakarta dengan cara menyediakan hunian di tengah kota hanya dapat dilakukan oleh pemerintah. Pemprov DKI Jakarta dapat memanfaatkan lahan publik strategis, yaitu dengan lokasi dekat dengan transportasi umum. Lahan ini dapat dijadikan hunian padat fungsi.
Penerapan konsep yang dapat mengurangi kemacetan ini sudah dapat dilihat pada Rusun Pasar Rumput di atas lahan Pasar Rumput milik PD Pasar Jaya. Dilansir dari situs resmi Kementerian PUPR, rusun ini memiliki tiga tower setinggi 25 lantai, dengan 1.984 unit tipe 36. Bagian lantai bawah tetap berfungsi sebagai pasar, sesuai fungsi semula.
Dengan meningkatkan mixed use development di atas lahan publik strategis di Jakarta, tentu semakin banyak MBR yang mampu tinggal di tengah kota. Otomatis, kemacetan Jakarta akan berkurang.
Mixed use development ini dapat diterapkan di banyak lokasi strategis di Jakarta. Bayangkan saja jika Pemprov DKI membangun lebih banyak rusun di atas terminal, stasiun, dan pasar yang tersebar di Jakarta. Tentu kemacetan Jakarta akan berkurang sehingga tingkat stres warga Jakarta pun menurun. Dengan mengurangi kemacetan, Jakarta dapat menjadi kota yang lebih sehat bagi warganya.
Jika Anda ingin melihat ilustrasi singkat penerapan solusi bagi kemacetan Jakarta, tonton juga video Perangi Macet Lewat Hunian Padat.