Penyebab Hunian di Jakarta Mahal

Agustus 4, 2020

Jakarta termasuk dalam jajaran kota termahal di dunia untuk memiliki hunian. Laporan Bank Dunia berjudul Time To Act yang dirilis tahun 2019, menunjukkan bahwa rasio harga rumah per pendapatan penduduk Jakarta adalah 10,3. Ini lebih tinggi bahkan dibandingkan London (8,5), New York (5,7), dan Singapura (4,8). 

Ada tiga hal utama yang membuat harga hunian di Jakarta sangat mahal: batasan luas lantai yang boleh dibangun; berbelitnya perizinan pembangunan Gedung; dan tidak dimanfaatkannya dana kewajiban swasta untuk membangun hunian terjangkau. Untuk mengatasinya, pemerintah perlu mengadopsi pola pikir perkotaan dan kolaborasi dengan pihak swasta. 

Pertama, pembatasan luas lantai yang boleh dibangun sama saja dengan membatasi penawaran (supply) hunian. Padahal permintaan (demand) untuk tinggal di Jakarta sangat tinggi. Menurut hukum pasar, kalau penawaran tidak bisa mengimbangi permintaan, maka harga akan naik. Celakanya, kalau pengembang ingin menjawab permintaan masyarakat dengan membangun lebih dari yang diperbolehkan, maka denda untuk kelebihan pembangunan telah menanti. 

Pemerintah daerah, melalui Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), membatasi luas lantai yang boleh dibangun dengan alasan terbatasnya daya dukung kota. Padahal, pemerintha kota sangat bisa meningkatkan daya dukung kota, antara lain dengan membangun transportasi publik yang cepat dan massal, menyalurkan air bersih dengan perpipaan, dan menyediakan ruang terbuka hijau. Kegagalan meningkatkan daya dukung kota akhirnya berakibat pada terbatasnya supply hunian untuk masyarakat.

Pemerintah sejauh ini telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk menambah luas lantai. Namun, kebijakan ini belum memiliki visi dan masih dianggap sebagai disinsentif. 

Kedua, proses perizinan pembangunan gedung besar (lebih luas dari 5.000 meter persegi) sangat berbelit, memakan waktu, dan akhirnya mengakibatkan biaya tinggi. Proses perizinan satu gedung bisa memakan waktu tahunan.

Semua ini tentu berdampak pada naiknya biaya konstruksi. Dan siapa lagi yang akhirnya menanggung biaya tambahan tersebut, kalau bukan masyarakat pembeli hunian? Jakarta Property Institute (JPI) memperkirakan, proses mengurus IMB berkontribusi pada naiknya harga rumah atau apartemen yang dibeli masyarakat dari developer, sekitar 8%. Ini bukan jumlah yang sedikit. 

Ketiga, lamanya dan tersendatnya pemenuhan kewajiban dan kontribusi untuk hunian terjangkau. Developer wajib membiayai dan membangun rumah susun murah siap huni setara dengan 20% dari luas area komersial yang dibangunnya.

Masalahnya, tidak mudah bagi pengembang untuk melaksanaan kewajiban tersebut. Lahan untuk membangun rumah susun harus disediakan pemerintah, tapi pemerintah tidak bisa menyediakan lahan yang cukup untuk memenuhi banyaknya kewajiban yang harus ditunaikan. Akibatnya, terjadilah penumpukan utang pengembang untuk membangun rumah susun yang berpengaruh pada lamanya waktu mendapatkan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) gedung, yang ujung-ujungnya mengakibatkan pengoperasian gedung tertunda. Jumlah hutang pengembang ini pun tidak sedikit. Beberapa sumber mengatakan nilainya lebih dari Rp 11 triliun. 

Berpikir urban

Penyediaan hunian terjangkau dan berlokasi di dalam kota bukanlah mimpi. Kalau kita bisa mengurai, faktor-faktor yang membuat hunian mahal, tentu masalahnya bisa diselesaikan. Biaya konstruksi relatif sama saja baik di pusat kota Jakarta maupun di Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Yang membedakan adalah harga tanah. 

Untuk mensiasati tingginya harga tanah di Jakarta, maka luas lantai dan jumlah unit hunian yang dibangun di suatu persil harus diperbanyak, sehingga harga per meter persegi atau harga per unit hunian relatif lebih terjangkau. Dengan pola pikir perkotaan atau urban, yang disebut “rumah” tidak harus berupa rumah tapak. Sebuah unit rumah susun atau apartemen juga rumah. 

Oleh karena itu, pemerintah di kawasan perkotaan harus lebih banyak mengedepankan konsep hunian vertikal yang compact dengan memaksimalkan tanah yang ada. Tanah-tanah di wilayah strategis, seperti pasar dan dekat stasiun harus berfungsi dan berpendapatan campuran (mixed-use and mixed-income). Sehingga, penghuni mudah terhubung dengan berbagai tempat strategis di kota tersebut melalui transportasi publik massal.

Kolaborasi

Siapapun Warga Negara Indonesia boleh memiliki tanah. Di kebanyakan kota, hampir setiap jengkal tanah sudah dimiliki oleh warga masyarakat, lembaga-lembaga negara, maupun badan usaha milik negara dan milik daerah. Kalau diinventarisir, pemerintah atau negara punya banyak tanah (land bank) di perkotaan. Namun pertanyaannya, apakah tanah-tanah yang dimiliki pemerintah sekarang sudah digunakan optimal? Banyak yang under-utilized.

Kolaborasi antara pemerintah dan swasta dapat menjadi terobosan penyediaan hunian terjangkau di perkotaan. Kenapa tidak kita membangun kawasan mixed use di tanah pemerintah? Biaya konstruksinya dari kewajiban pengembang yang tinggal ditagih saja. Mari berpikir bangunan vertikal. Di lantai bawah: pasar atau terminal. Di lantai atas: rumah susun yang ditinggali masyarakat dari berbagai kelompok pendapatan. Di sekitarnya: ruang terbuka hijau dan berbagai fasilitas umum dan sosial. Tidak jauh dari sana: simpul transportasi massal.Ini adalah win-win solution yang membutuhkan biaya minim, tapi memberi dampak positif yang besar. Pengembang siap dikoordinasi. Siapkah pemerintah memimpin proses koordinasinya?

|

Publications

Konversi bangunan kantor menjadi hunian: komparasi mekanisme beberapa negara
Reformasi Pasar Reformasi Kota
Lahan BUMD, Alternatif yang Atasi Darurat Hunian
Bermula Dari Perizinan
Esai foto - Penyintas Jakarta
Usulan Perbaikan Perizinan Gedung di Jakarta
Glosarium
Potensi Pemenuhan Kebutuhan Hunian Kelas Menengah melalui Co-residence

Blog/opinion

Jakarta sebagai Kota Global
Solusi Kemacetan di Jakarta: Integrasi BRT, LRT, dan MRT
Cara Naik KRL ke Lebak Bulus dari Berbagai Arah di Jabodetabek
Housing Career di Jakarta: Definisi dan Faktor Penghambatnya
Memahami Pengertian serta Pro dan Kontra Skema KPR 35 Tahun
Nama Baru Halte Transjakarta 2024
Hunian Vertikal: Kelebihan Tinggal di Hunian Vertikal
Taman Kota Jakarta: Akses dan Cara Menuju ke Taman Kota Terpopuler Jakarta
Tempat Weekend di Jakarta: Menengok Kembali Survei JPI 2021
Taman untuk Piknik di Jakarta: Mengintip Wajah Baru TMII dan TIM
Bagaimana Agar Pekerja Jakarta Tinggal di Jakarta?
Memahami Perbedaan Kota Padat (Dense) dan Sumpek (Overcrowded): Jakarta Termasuk yang Mana?
Halte Transjakarta Bundaran HI: Tips Berfoto di Spot Favorit Jakarta
Mixed-Use Building: Memahami Manfaat Konsep Mixed-Use dalam Pembangunan Jakarta
Perubahan Pola Pembangunan Jakarta dari Car-Oriented Menjadi Pedestrian-Oriented City
Transportasi Publik di Jakarta dan Pengembangan Konsep Pedestrian 2023
Cara ke TMII dengan KRL Commuterline dan TransJakarta
Integrasi Transportasi Jakarta dan Keuntungannya bagi Warga
RDTR 2022 dan Aturan Penghuni Rumah Susun
Contoh Sertifikat Laik Fungsi (SLF) serta Pengertian dan Kegunaannya
Rencana Detail Tata Ruang: Mengubah Jakarta dengan Mengubah Intensitas Bangunan
Pengertian dan Fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) serta Pengadaannya di Jakarta
Mengatasi Kekurangan RTH di Jakarta dengan Konsolidasi Area Hijau Privat
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Faktor Penting untuk Mengatasi Darurat Hunian di Jakarta
Pendekatan Pasar untuk Percepat Pelaksanaan Kewajiban Pembangunan Rumah Susun
Menata Senopati, Paduan Kawasan Cagar Budaya dan Pusat Kuliner Semarak
Penyediaan Hunian di Jakarta Butuh Kebijakan Holistik
Tak Hanya Konstruksi, Kebijakan Finansial Krusial bagi Penyediaan Hunian Milik
Empat Hal yang Harus Dipertimbangkan Jakarta Soal Kebijakan Perumahan
Pembangunan Hunian Mixed-Use, Potensi Baru untuk Kota
5 Kebijakan Penyediaan Hunian di Singapura yang Bisa Menjadi Inspirasi bagi Jakarta
Kepadatan atau Overcrowding, Mana yang Harus Dihindari?
Kota Tidak Akan Mati karena COVID-19, Ini Alasannya
Pemecahan Masalah Kolaboratif untuk Mempercepat Izin Konstruksi
Kenapa Jakarta Kekurangan Taman Publik? | Frequently Asked Questions
Konsolidasi Tanah | Frequently Asked Questions
Menyelamatkan Pekerja di Industri Perhotelan yang Rentan Terkena PHK
Hunian di Jakarta - Frequently Asked Questions (Video)
Ini Enaknya Tinggal di Apartemen
Terobosan Tata Ruang Kunci Bangkitnya Ekonomi, Terpenuhinya Hunian
Mewujudkan Apartemen Bersubsidi Melalui Kolaborasi Pemerintah dan Swasta
Penangguhan PBB: Sumber Kehidupan Pekerja Ritel, Hotel, dan Restoran
Urgensi Perpanjangan Masa HGB
Interview with Noerzaman, Architect of JPO GBK (Video)
Cara Membuat Jalan Kaki di Jakarta Lebih Fun (Video)
Penyebab Hunian di Jakarta Mahal
Sektor Properti dan Dampaknya bagi Perekonomian
Pengertian Transit Oriented Development (TOD) dan Penerapannya di Jakarta
Masalah Parkir di Jakarta | Frequently Asked Questions
Apa Itu Kewajiban Pengembang? | Frequently Asked Questions
Mungkinkah Kita Tinggal di Tengah Jakarta? | Frequently Asked Questions
Mengawal Keberlanjutan MRT Jakarta
Nasib Pencegahan Penyebaran Virus COVID-19 Ada di Tangan Kita
6 Temuan Penting dari Survei Hunian bagi Milenial
Ketergantungan Ojol, Solusi atau Masalah?
Mengembangkan Bangunan Sehat di Jakarta, Selangkah demi Selangkah
Kelas Menengah yang Terlupakan
Terlalu Padat, Alasan untuk Tidak Bertindak!
Rumah Tapak Sudah Tak Ideal Lagi
Rusun di Atas Pasar, Potensi Baru untuk Kota
Jakarta yang Lebih Kompetitif (Video)
Suka Duka Tinggal Dekat dengan Tempat Kerja di Jakarta
Lahan BUMD, Alternatif yang Atasi Darurat Hunian
Dekat, Nyaman, Murah di Jakarta.... Jangan Harap!
Perangi Macet Lewat Hunian Padat (Video)
Yuk Kita Bangun Jakarta ke Atas (Video)
5 Manfaat Bertransformasi jadi Compact City
Demi Hunian Terjangkau & Ruang Hijau, Jakarta Harus Membangun ke Atas!
Ingin Sudirman-Thamrin Lebih Lancar? Mari Kita Ubah Kebijakan Parkirnya (Video)
Sudahkah Infrastruktur Transportasi Jakarta Berpihak pada Kaum Wanita?
Bisakah MRT Jakarta Lebih Unggul dari Singapura?
Mensiasati MRT Minim Subsidi
Kegiatan Usaha Dihentikan: Apa yang Dapat Dilakukan Pemerintah untuk Bantuan
Menaikkan Peringkat Kemudahan Berbisnis dengan Perbaikan RDTR
Inovasi Pengadaan Ruang Publik sebagai Bentuk Investigasi Desain
Mewujudkan Jakarta sebagai Kota Kolaboratif
9 Hal Penting Mengenai Sertifikat Laik Fungsi (SLF)
Kontribusi Swasta dalam Membangun Pedestrian Jakarta
Kendala Pengembang dalam Mengurus SLF
Sertifikat Laik Fungsi: Untuk Siapa?
Perlunya Revisi Peraturan Keselamatan Bangunan terhadap Bahaya Kebakaran
Swasta Bantu Pemprov DKI Jakarta Atasi Backlog Perumahan
Kegiatan Usaha Dihentikan: Apa yang Dapat Dilakukan Pemerintah untuk Bantuan
Konsolidasi Tanah Solusi Housing-for-All di Jakarta
Masalah Hunian pada Kelas Menengah di Jakarta serta Solusinya 
Apa itu SHM (rumah milik)
Apa itu SHM: Pengertian, Kelebihan dan Kekurangan Rumah Milik
Beli atau Sewa Rumah: Kelebihan dan Kekurangan Rumah Sewa
Beli atau Sewa Rumah: Kelebihan dan Kekurangan Rumah Sewa
View More

News releases

Minatkah Milenial Terhadap Hunian Vertikal?
DKI Siapkan Regulasi Pemanfaatan Ruang untuk Hadapi Tantangan Pandemi Covid-19
Cara Mengurangi Kemacetan di Jakarta, Pemerintah Bisa Terapkan Solusinya
Manfaat, Syarat, dan Cara Mengajukan KPR Bersubsidi FLPP
Sektor Properti Bersiap Hadapi The New Normal Setelah Pandemi Covid-19
Pulihkan Ekonomi, DKI Jakarta Percepat Perizinan Gedung Menjadi 57 Hari dari 360 Hari
RPTRA Borobudur
DKI Jakarta Visited CLC in Singapore
Diskusi JPI: Proses Perancangan dan Benturan Peraturan Jadi Kendala Utama
Centre for Liveable Cities Singapura Berikan Pelatihan untuk BPTSP DKI Jakarta
JPI Dorong Pemerintah Benahi Aturan Izin Mendirikan Bangunan
Carlo Ratti: Inovasi dan Teknologi untuk Menjawab Tantangan Perkotaan
Belum Ada Inovasi Perizinan, DKI Jakarta Turun ke Peringkat Empat Kemudahan Berbisnis di Indonesia
JPI Inisiasi Lari "Ciliwung Punya Kita"
JPI Bantu Fasilitasi Penyusunan Rapergub Prasarana Minimal Jakarta Demi Jakarta yang Berkelanjutan
Jakarta Vertikal, Jakarta Terjangkau
Skema Pembangunan yang Berpihak pada Warga
Mewujudkan Hunian Terjangkau di Tengah Kota
Kombinasi Kantor dan Rumah, Pilihan Tempat Bekerja Setelah Pandemi
Kerja Sama: Kunci Keselamatan Transportasi Publik di Masa New Normal
Masalah Hunian pada Kelas Menengah di Jakarta Serta Solusinya
Rusunawa: Melihat Lebih Dekat Opsi Rumah Layak Huni Terjangkau di Jakarta
MRT Jakarta Kembangkan Kawasan TOD, Berikut Lokasinya
Masa Berlaku Hak Guna Bangunan (HGB) Serta Cara dan Syarat Perpanjangannya
Izin Mendirikan Bangunan (IMB): Memahami Pengertian, Syarat, dan Manfaat IMB
JPI Gandeng Asosiasi Profesi Susun Policy brief Penataan Kota
Kondisi Terkini Penyediaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta
Potensi Penyediaan Hunian di Jakarta Melalui Co-residence
View More
Copyright © Jakarta Property Institute