Jakarta adalah kota yang sangat dinamis, diverse, dan menawarkan berbagai kesempatan bagi warganya. Untuk menciptakan Jakarta yang berkelanjutan, Pemprov DKI sudah lama fokus bekerja untuk mengubah pola pembangunan Jakarta dari car-oriented menjadi pedestrian-oriented city.
Perubahan dari car-oriented jadi pedestrian-oriented ini tentunya berjalan berbarengan dengan peningkatan fasilitas transportasi massal dan pengembangan kawasan TOD di Jakarta. Dengan peningkatan kualitas fasilitas transportasi dan pedestrian di Jakarta, warga yang tadinya mengandalkan kendaraan pribadi pun mau beralih ke transportasi publik dan berjalan kaki.
Apa pengertian pedestrian-oriented?
Menurut The American Planning Association, pedestrian-oriented design, atau desain berorientasi pedestrian, mengacu pada sifat lingkungan yang dikembangkan untuk mendorong aktivitas pedestrian serta meningkatkan mobilitasnya.
Lalu, apa contoh upaya pemerintah dalam mengubah Jakarta dari car-oriented jadi pedestrian-oriented city?
Beberapa bentuk upaya pemerintah dalam menerapkan perubahan pola pembangunan Jakarta dari car-oriented jadi pedestrian-oriented, antara lain:
Selanjutnya, dikutip dari situs resmi Bappeda Provinsi DKI Jakarta, hingga tahun 2022, jalur pedestrian di Jakarta telah terbangun seluas 1.258.594 meter persegi, lengkap dengan fasilitas pendukung. Pada tahun 2026, pembangunan jalur pedestrian di Jakarta ditargetkan mencapai luas 1.808.594 meter persegi. Pemenuhan target ini akan turut memajukan perubahan Jakarta dari car-oriented menjadi pedestrian-oriented city.
Apa saja efek perubahan pola pembangunan Jakarta dari car-oriented jadi pedestrian-oriented city yang sudah dapat dirasakan oleh warga?
Perubahan Jakarta yang perlahan berkembang dari car-oriented menjadi pedestrian-oriented city membuat sejumlah kawasan semakin nyaman bagi pejalan kaki dan semakin mudah ditempuh pengguna transportasi publik.
Sebagai contoh, revitalisasi TMII telah menjadikan kawasan wisata ini berorientasi pedestrian. Sejak dibuka kembali pada tahun 2022, pengunjung TMII tidak lagi diperbolehkan untuk berkeliling kawasan wisata menggunakan kendaraan pribadi. Seluruh kendaraan pengunjung harus diparkir di gedung elevated parking yang disediakan.
Lalu, dari area parkir memasuki kawasan wisata dan juga untuk berkeliling dari satu anjungan ke anjungan lain, pengelola TMII menyediakan sejumlah bus listrik gratis. Pengunjung TMII juga diperbolehkan untuk berkeliling dengan menggunakan sepeda pribadi maupun sewaan.
Selain bus listrik gratis, revitalisasi TMII juga berhasil menyediakan jalan pengunjung yang tertata rapi dan nyaman. Perubahan konsep TMII dari car-oriented menjadi pedestrian-oriented ini tentu memiliki efek yang signifikan yang dinikmati pengunjung.
Selain TMII, Sarinah yang baru dibuka kembali pada bulan Maret 2022 juga merupakan salah satu tujuan populer yang berorientasi pedestrian.
Usai renovasi, gedung Sarinah sekarang menyediakan tiga akses masuk dari jalan raya yang mudah dan nyaman bagi pejalan kaki. Ruang terbuka di luar gedung yang dulunya digunakan sebagai sarana parkir mobil, kini menghadirkan taman dengan nuansa asri dilengkapi tempat duduk di mana pengunjung dapat bersantai. Selain itu, pusat perbelanjaan milik BUMN ini juga menyediakan fasilitas parkir sepeda.
Perubahan pengembangan dari pola car-oriented menjadi pedestrian-oriented di kawasan Sarinah juga tampak jelas dari kondisi fasilitas trotoar yang lebar dan terawat dengan baik.
Di samping itu, masyarakat juga dapat berkunjung ke Sarinah dengan menggunakan fasilitas TransJakarta dengan akses nyaman. Usia revitalisasi, Halte M.H. Thamrin yang tadinya bernama Halte Sarinah, semakin meningkatkan fasilitasnya. Jaraknya dari pintu masuk Sarinah pun kurang dari 300 meter, sehingga dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama 4 menit saja.
Mengubah pola pembangunan Jakarta yang telah begitu lama terbentuk sebagai kota berorientasi kendaraan pribadi memang bukan hal yang mudah. Namun, tentu kita semua berharap perubahan pola pembangunan Jakarta dari car-oriented menjadi pedestrian-oriented dapat berjalan dengan konsisten dan semakin merata.
Siapa tahu, suatu hari nanti, Jakarta bisa menjadi seperti London yang terkenal sebagai salah satu walkable city terbaik di dunia, dengan 6 juta perjalanan berjalan kaki ditempuh setiap hari, termasuk menuju halte, stasiun, dan lainnya.
We’re on the right track. Here’s to a sustainable Jakarta!